Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Pasien Positif Covid-19 Mengamuk dan Peluk Warga agar Tertular

Kompas.com - 16/05/2020, 05:47 WIB
Irwan Nugraha,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

 

Tes swab pasien pernah negatif Covid-19

Uus menjelaskan, pasien itu pernah dirawat di sebuah rumah sakit karena menderita Covid-19. Pasien itu dipulangkan setelah mendapatkan hasil negatif pertama berdasarkan tes swab.

Padahal, seharusnya pasien baru diizinkan pulang setelah mendapatkan dua kali hasil tes swab negatif.

Tim medis saat itu telah mengambil sampel cairan tenggorokan untuk diperiksa di laboratorium.

Namun, karena hasil tes swab berikutnya cukup lama keluar, pasien diizinkan pulang berdasarkan pertimbangan dokter.

Baca juga: Pasien Corona Mengamuk dan Peluk Warga Lain Agar Jadi ODP adalah Ancaman...

"Karena hasilnya lama atas pertimbangan dokter penanggung jawab pasien diizinkan pulang, tapi tetap isolasi mandiri," kata Uus.

Belakangan, hasil tes swab tersebut keluar dan dinyatakan positif Covid-19.

Selain itu, warga sekitar mengeluh pasien positif berinisial AR itu tak mematuhi aturan untuk karantina mandiri.

"Setelah sekian lama hasil swab kedua keluar dan hasilnya positif, sampai akhirnya dijemput tadi," kata Uus.

Sebelumnya diberitakan, AR (40), pasien positif Covid-19 asal Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, mengamuk dan memeluk salah satu warga yang berkerumun saat dijemput tim medis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com