Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Curhat" Wabup Firdaus Merasa Tak Dihargai hingga Ancam Bunuh Bupati Aceh Tengah

Kompas.com - 15/05/2020, 16:53 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TAKENGON, KOMPAS.com - Wakil Bupati Aceh Tengah Firdaus mengisahkan, perseteruan dia dengan Shabela yang berujung ancaman pembunuhan berawal dari informasi proyek senilai kurang lebih Rp 17 miliar yang sudah ditayangkan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Aceh Tengah.

Kegiatan itu tayang tanpa sepengetahuan Firdaus sebagai wakil bupati. Semestinya ada musyawarah antara bupati dan wakil bupati.

“Tetapi ini tidak ada. Saya menganggap saya tidak dihargai, karena ini sudah terjadi selama tiga tahun. Artinya tanpa ada diskusi, secara berturut-turut berjalan seperti itu,” kata Firdaus saat ditemui wartawan, Kamis (15/5/2020) malam.

“Saya mendengar ini dari keponakan. Ketika saya tanya, benar ini sudah tayang? Keponakan saya bilang benar itu (sudah tayang) Pun (paman),” ucapnya.

Baca juga: Bupati Aceh Tengah Diancam Dibunuh Wakilnya, PDI-P Akan Minta Klarifikasi

Proyek yang disinggung oleh Firdaus merupakan program untuk Dinas Kesehatan Aceh Tengah dan Rumah Sakit Datu Beru Takengon.

Mendengar kabar itu, Firdaus datang ke Pendopo Bupati Aceh Tengah untuk menanyakan langsung kepada Bupati Shabela Abubakar.

Mengenai nada ancaman pembunuhan terhadap bupati, Firdaus mengaku tidak mengingatnya.

Kalaupun ada, Firdaus mengaku tidak sadar akan keluarnya kata-kata makian serta nada ancaman pembunuhan kepada Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar dan keluarganya.

“Saya tidak ingat. Karena saya sedang emosional, karena ucapan keluar tidak terkontrol. Karena saya merasa tidak dihargai sejak setelah dilantik,” ucap Firdaus.

Kemarahannya terhadap Shabela selaku mitranya di pemerintahan pada Rabu, 13 Mei malam di Pendopo Bupati Aceh Tengah seolah memuncak karena terpendam selama perjalanan tiga tahun pemerintahan.

Soal mutasi

Persoalan pertama yang dipendam Firdaus selama tiga tahun pemerintahan adalah soal mutasi pejabat dan pegawai.

Wabup mengaku tidak tahu menahu terhadap sejumlah mutasi yang terjadi selama bertahun-tahun.

“Di samping itu selama ini saya merasa agak disingkirkan dan tidak dihargai seperti mutasi misalnya, tiba-tiba datang undangan pelantikan. Wajar tidak itu? Memang dia atasan saya, dia berkuasa, minimal walau bupati sudah menentukan nama orang yang dimutasi, saya dapatlah tembusan siapa yang akan dimutasi. Tapi ini tidak ada,” katanya.

“Kalaulah pada saat mutasi, saya sudah dapat daftar namanya, tahu siapa saja orangnya, lalu saya terima undangan pelantikan, kan kita nyaman iya kan? Nah, soal saya diundang hanya saat pelantikan sudah terjadi berkali-kali,” sebut Firdaus.

Ketika datang saat pelantikan pejabat atau pegawai yang dimutasi, Firdaus mengaku sama sekali tidak tahu siapa akan ke mana dan tidak mengenal orang-orang yang berdiri di hadapannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com