Kertas itu berisi coretan berupa daftar proyek yang dituding dikerjakan oleh bupati, senilai lebih dari Rp 17 miliar.
Shabela pun emosi dan berusaha mendekati Firdaus yang berdiri di belakang sofa tamu bagian kanan.
Sempat hampir terjadi benturan fisik. Namun malah Firdaus terhuyung dan hendak terjatuh. Lalu sejumlah ajudan menahan tubuh Firdaus serta mengingatkan bupati untuk tidak memukulnya.
"Saya respons dengan berdiri dan langsung datang mendekati, tapi belum lagi tersentuh, Firdaus sudah terhuyung mau terjatuh karena tidak seimbang badan, mungkin karena dia emosi," ujar Shabela kepada Kompas.com, Kamis (14/5/2020) malam.
Firdaus terus mengumpat dan mengancam akan membunuh bupati.
Wabup Firdaus menunjukkan kertas berisi daftar proyek yang dituding dikendalikan oleh Shabela senilai lebih dari 17 miliar.
Shabela mengaku merasa tidak mengerti tentang proyek yang dialamatkan kepadanya. Shabela semakin tidak terima atas sikap wakilnya tersebut.
Beberapa orang yang ada di rungan langsung berdatangan mengamankan kedua pasangan yang semasa Pilkada 2017 lalu dijuluki "Shafda" yang merupakan singkatan dari nama Shabela-Firdaus, agar tidak saling baku hantam.
Namun masalah tidak selesai sampai di situ. Adik kandung Firdaus yang biasa dipanggil Irul, tiba-tiba masuk dan memaki Shabela dengan kata-kata kasar, serta mengancam akan membunuhnya.
Kali ini kedua kakak beradik itu bahkan mengancam akan membunuh keluarga bupati serta penghuni pendopo.
Merasa dihina, Shabela semakin emosi dan mengejar kedua orang itu hingga ke depan pintu.
Setelah berada di luar, Shabela melihat ada sekitar 5 orang yang dianggap akan menyerangnya. Shabela kemudian kembali masuk ke ruangannya.
"Setelah berada di luar, saya melihat ada sekitar lima orang yang seolah bersiap untuk menyerang saya. Tapi saya melihat dari dalam, saya tidak mau keluar ruangan," kata Shabela.
Sementara di luar ruangan, adik kandung Firdaus, Irul masih terus mengomel dan menyampaikan nada ancaman pembuhan kepada salah seorang anak laki-laki Shabela yang juga sedang berada di luar ruangan.
Shabela mengaku kembali mendengar kalimat bernada ancaman pembunuhan terhadap diri dan keluarganya dan hal itu bisa dilakukan sewaktu-waktu di luar Kabupaten Aceh Tengah.