Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Jabar Temukan 2 Alat Pendeteksi Corona, Rapid Test Gunakan Swab

Kompas.com - 14/05/2020, 18:39 WIB
Dendi Ramdhani,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Para ilmuwan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan dua alat baru yang bisa mendeteksi virus corona atau Covid-19.

Kedua alat tersebut yaitu, Deteksi CePAD. Nama tersebut merupakan kepanjangan dari deteksi cepat, praktis dan andal.

Nama lainnya adalah rapid test 2.0.

Sementara alat kedua yaitu Surface Plasmon Resonance (SPR).

Baca juga: Relaksasi PSBB Jabar Dimungkinkan, Ini Penjelasan Ridwan Kamil

Dipuji Ridwan Kamil

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melihat hasil temuan itu di FMIPA Unpad, Kamis (14/5/2020).

Ia mengatakan, dua alat itu dinilai lebih akurat dan ekonomis untuk mendeteksi Covid-19.

"Perkembangan baik di Jabar khususnya dari ilmuwannya, Unpad bekerja sama dengan ITB dan lainnya hari ini memproduksi dua jenis alat tes di luar PCR dan rapid test," kata Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.

Emil memuji kecanggihan alat tersebut.

"Alat tes pertama yang dinamai rapid test 2.0, yang ini sama cepatnya dengan rapid test darah, tapi akurasinya bisa 80 persen, karena tidak pakai darah tapi pakai swab," kata Emil, sapaan akrabnya.

Baca juga: Ridwan Kamil Bikin Sanksi bagi Pelanggar PSBB Bodebek, Ini Versi Lengkapnya

Selain itu, para ilmuwan juga membuat Surface Plasmon Resonance (SPR), alat pendeteksi sebesar aki mobil.

“Bisa dibawa di mobil, harganya sekitar Rp 200 juta tapi mobile. Saya apresiasi insya Allah Jabar bisa mengejar target 300.000 dengan alat PCR sendiri dari Biofarma, alat rapid tes 2.0 dari Unpad dan SPR Unpad-ITB dan ventilator dari Pindad-PT DI,” kata Emil.

Lebih cepat mendeteksi virus

Sementara itu, Ketua Tim Riset Diagnostic Covid-19 Unpad Muhammad Yusuf secara rinci menjelaskan, Deteksi CePAD atau rapid test 2.0 bisa lebih cepat mendeteksi virus.

Sebab tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi patogen.

Cara kerjanya, sampel swab dibubuhkan di permukaan alat rapid test 2.0.

Hasilnya akan keluar dalam rentang waktu 15 menit.

Yusuf menambahkan, proses pembentukan antibodi bisa memakan waktu berminggu-minggu, sehingga deteksi dini bisa kurang efektif.

Namun lain dengan deteksi melalui antigen.

"Ketika orang mulai terinfeksi, muncul gejala, dia bisa langsung di-sampling dengan diambil swabnya. Nanti saat ada garis merah di situ, nanti ada virusnya, dia tidak harus menunggu antibodinya terbentuk," kata Yusuf.

Yusuf mengatakan, rapid tes 2.0 masih dalam tahap validasi.

Rencananya dalam waktu dekat, alat-alat ini akan diuji ke sampel asli sesuai dengan etika medis yang berlaku.

Adapun SPR dibuat atas kerja sama Unpad, ITB dan BPPT.

Alat yang berbentuk seukuran aki mobil ini berfungsi sebagai detektor portabel Covid-19.

Alat ini bisa memeriksa hingga delapan sampel sekaligus.

"Jadi sebetulnya dalam alat SPR itu ada plat, dia nanti kita kasih senyawa yang bisa bereaksi terhadap Covid-19. Kalau di situ ada virus, ada ikatan si antibodi dengan virusnya akan merubah sudut pembacaan, sehingga akan menunjukkan sinyal yang berbeda,” tutur Yusuf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com