Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Pasien Positif Covid-19 di Sulut Alami Diskriminasi

Kompas.com - 14/05/2020, 05:42 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Dony Aprian

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Sejumlah pasien positif Covid-19 di Sulawesi Utara mengeluhkan pihak keluarga kerap mendapat perlakukan diskriminasi dan bullying oleh warga sekitar.

"Mereka mengeluhkan serta menceritakan bahwa mereka mengalami diskriminasi, stigma dan disudutkan di dalam kehidupan sosial sehari-hari, terutama bagi keluarga mereka yang ada di rumah," ungkap Juru Bicara Satgas Covid-19 Sulut Steven Dandel dalam keterangan pers, Rabu (13/5/2020) malam.

Sesuai pengakuan para pasien Covid-19, kata Steven, pihak keluarga mereka dikucilkan oleh masyarakat sekitar.

"Dijadikan bahan untuk bullying, diskriminasi dan lain sebagainya," katanya.

Baca juga: Pemprov Sulut Belum Terpikir untuk Terapkan PSBB

Dikatakan Steven, masyarakat seharusnya kerabat, sahabat dan tetangga memberikan dukungan terhadap pasien yang sedang dirawat karena terjangkit virus corona.

"Karena saat ini mereka sementara berjuang dengan virus yang ada di dalam tubuh mereka, di sisi lain mereka mendengarkan berbagai macam pengalaman cerita-cerita yang dialami oleh keluarganya di rumah," ujar Steven.

Untuk itu, ia menekankan kepada seluruh masyarakat Sulut agar tak melakukan diskriminasi kepada keluarga pasien Covid-19.

"Tidak ada satu orang di dunia ini yang ingin terpapar Covid-19, mereka terpapar sebagian besar disebabkan karena pekerjaan mereka," ujarnya.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Sulawesi Utara 13 Mei, 82 Positif Corona, 30 Sembuh

Akibat dari pekerjaan itu, konsekuensi mereka harus terpapar.

Namun, disatu sisi mereka justru mendapat cibiran dan diskriminasi yang dilakukan kelompok tertentu.

"Mereka terutama tenaga medis harus meninggalkan keluarga untuk melayani jiwa dan raga yang lain melawan Covid-19. Diskriminasi maupun bullying terhadap pasien dan keluarganya seharusnya tidak patut dilakukan," ujarnya.

Menurut Steven, dampak ketika praktek diskriminasi makin hari makin kuat, maka seorang yang sudah ada gejala Covid-19 melakukan antisipasi.

"Karena adanya diskriminasi, akhirnya mereka memilih berbohong, tidak melaporkan diri, karena takut dampaknya bagi sosial dan keluarga akan dikucilkan," katanya.

Dengan demikian, sebut Steven, akan berakibat tindakan transmisi Covid-19 menjadi sulit dikendalikan.

"Mari mendukung sahabat dan keluarga yang sementara terpapar Covid-19. Dukungan kita bisa membuat mereka survive dan sembuh dari Covid-19. Karena kita tidak bisa menduga apakah kita akan terpapar atau tidak, mungkin saat ini kita bisa mencela orang lain yang terpapar, tidak tahu kemudian hari kita yang terpapar virus ini," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com