Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disperindag Bandung: Daging Sapi Palsu dari Babi Ternak, Warnanya Lebih Pucat

Kompas.com - 13/05/2020, 12:01 WIB
Agie Permadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bandung menyebut bahwa daging sapi palsu yang sempat beredar di Bandung ternyata daging babi ternak.

Daging babi tersebut diolah sedemikian rupa menggunakan boraks sehingga menyerupai daging sapi. 

Awalnya, awak media bertanya soal perbedaan antara daging sapi dan daging babi agar bisa diketahui masyarakat.

Baca juga: Daging Babi Serupa Daging Sapi Beredar di Bandung, Masyarakat Diimbau Beli di Kios Resmi

Pernah terjadi tahun lalu

Kepala Disperindag Kabupaten Bandung, Popi Hopipah kemudian menjelaskan bahwa kejadian beredarnya daging sapi palsu yang ternyata daging babi ini juga pernah terjadi di tahun lalu. 

Namun sedikit berbeda karena tahun itu pedagang menggunakan daging babi hutan yang dijual seolah daging sapi.

"Ini kejadiannya beda dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu itu daging babi hutan, itu sangat mirip sekali dengan sapi, justru itu secara kasat mata susah dibedakan apalagi setelah dilumuri darah sapi," kata Popi ditemui saat pengecekan di Pasar Baleendah, Kabupaten Bandung, Selasa (12/5/2020).

Sementara tahun ini, pelaku menggunakan daging ternak yang telah diolah dengan boraks agar seolah-olah mirip dengan daging sapi.

Namun secara kasat mata, kata Popi, perbedaanya masih dapat dilihat.

Baca juga: Cara Membedakan Daging Sapi dengan Babi Ternak dan Celeng

Diolah pakai boraks

"Tetapi kejadian ini luar biasa, dia itu menggunakan daging ternak tapi menggunakan boraks satu malam sehingga, sebetulnya secara kasat mata bisa dibedakan yang sekarang dibandingin dulu di Pasar Sayati, itu daging babi hutan. Tapi sekarang itu sudah mirip merah tapi itu sudah mulai pucat," terangnya.

Untuk itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat berhati-hati ketika membeli daging, dan memastikan untuk membelinya di kios resmi bersertifikat halal.

"Beli lah ke kios resmi jangan beli daging di kaki lima termasuk untuk yang dijaga juga dari mana dia (pedagang) ambil dagingnya," imbuhnya.

Baca juga: Daging Babi Diolah Menyerupai Daging Sapi, Dijual Bebas di Pasar Bandung

 

Warna berbeda

Kapolresta Bandung Kombes Pol Hendra Kurniawa mengatakan bahwa perbedaan daging babi dan daging sapi ini secara fisik ada pada warna daging.

"Perbedaan secara fisik, daging babi lebih pucat karena banyak lemaknya kalau daging sapi lebih merah karena unsur daging lebih banyak," ujar Hendra.

Diberitakan sebelumnya, polisi mengungkap peredaran daging sapi palsu yang ternyata daging babi. Empat orang tersangka pun telah diamankan yakni T (54), MP (46), AR (38) dan AS (39).

Menurut Hendra, asal muasal daging babi tersebut dikirim teman pelaku T dan MP dari Solo, Jawa Tengah. Selama setahun mengontrak di Kabupaten Bandung, sudah kurang lebih 63 ton daging babi diterima pelaku.

600 Kg daging babi per minggu

"Dalam satu minggu itu mereka mengirim kurang lebih 600 kg per minggu, dari solo," ungkap Hendra

Menurut Hendra, daging babi yang telah dioplos dengan borak agar menyerupai daging sapi itu dijual di pasar melalui pengecer dengan harga Rp 70.000-Rp 90.000 per kilogramnya.

Dari para pelaku, polisi mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya freezer, timbangan, satu kilogram boraks, mobil, motor, dan besi pancing untuk menggantung daging.

Dalam kasus ini, polisi menerapkan pasal 91A Jo pasal 58 ayat 6 UU RI nomor 41 tahun 2014, tentang peternakan dan kesehatan hewan, lalu pasal 62 ayat 1 Jo pasal 8 ayat 1 UU RI nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

"Ancaman pidana 5 tahun penjara," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com