Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Ayah Bunuh Anak Gadisnya karena Malu | Pedagang Jual Daging Babi Ditangkap Polisi

Kompas.com - 12/05/2020, 05:35 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - DA (50) warga Dusun Katabung, Desa Pattanetang, Kecamatan Tompobulu, Bantaeng, Sulawesi Selatan membunuh RO anak gadisnya yang berusia 16 tahun.

DA sempat diduga kesurupan karena selain membunuh anak gadisnya, pria 50 tahun itu juga menyandera dua warga.

DA nekat membunuh RO karena malu saat ia tahu anak gadisnya telah berhubungan badan dengan salah satu pria yang disanderanya,.

Sementara itu di Bandung, polisi mengamankan empat pedagang yang menjual daging babi.Kepada penjual, empat pedagang ini mengaku daging yang mereka jual adalag daging sapi.

Mereka telah menjual daging babi ini sejak setahun terakhir.

Dua berita ini menjadi perhatian banyak pembaca Kompas.com dan berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:

1. Anak gadis dibunuh ayah kandung

Proses evakuasi kerasukan massal berujung maut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Sabtu, (9/5/2020).KOMPAS.COM/ABDUL HAQ YAHYA MAULANA T. Proses evakuasi kerasukan massal berujung maut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Sabtu, (9/5/2020).
Di Dusun Katabung, Desa Pattanetang, Kecamatan Tompobulu, Bantaeng, Sulawesi Selatan, DA pria berusia 50 tahun mmebunuh RO anak gadisnya yang berusia 16 tahun.

DA juga mneyandera dua warga yang bernama Usman (34) dan Irfan (19) di rumahnya.

Awalnya warga menduaga DA kesurupan karena melakukan ritual. Namun dari penyelidikan polisi, DA nekat membunuh RO setelah mengetahui anak gadisnya itu berhubungan badan di luar nikah dengan salah satu pria yang disandera.

Kapolres Bantaeng AKBP Wawan Sumantri membenarkan motif pembunuhan yang dilakukan DA.

"Ternyata motifnya adalah kasus "Siri" di mana para tersangka ini merasa malu setelah mengetahui bahwa korban telah melakukan hubungan badan di luar nikah dengan seorang pria sehingga para tersangka ini menganiaya korban hingga tewas," kata Wawan melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin (11/5/2020).

Baca juga: Fakta Ayah Bunuh Anak Gadisnya dan Sandera 2 Warga, Malu Korban Berhubungan Badan di Luar Nikah

2. Empat pedagang jual daging babi ditangkap polisi

Anggota kepolisian tengah memperlihatkan barang bukti daging babi yang dijual sebagai daging sapi di wilayah Kabupaten Bandung.Foto Humas Polresta Bandung. Anggota kepolisian tengah memperlihatkan barang bukti daging babi yang dijual sebagai daging sapi di wilayah Kabupaten Bandung.
Polisi mengamankan empat pedagang yang menjual daging babi sejak setahun terakhir. Kepada konsumen mereka mengatakan jika daging yang mereka jual adalah daging sapi.

Keempat penjual daging babi tersebut yakni T (54), MP (46), AR (38) dan AS (39).

Pelaku MP dan T ditangkap di kediamannya di Kampung Lembang, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.

Polisi juga menyita 500 kilogram daging babi yang tersimpan di dalam lemari pendingin (freezer).

Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan mengatakan para pedagang menjual daging babi itu dengan mengklaimnya sebagai daging sapi di pasar-pasar melalui pengecer dengan harga Rp 70.000-Rp 90.000 per kilogramnya.

"Kita mengamankan lebih kurang 600 kilogram. Sebanyak 500 kilogram yang masih utuh kita sita dari freezer itu. Kemudian yang 100 kilogram kita sita dari para pengecernya," kata Hendra.

Baca juga: 4 Pedagang Ini Hampir Setahun Menjual Daging Sapi yang Ternyata Babi

3. Surabaya dinilai gagal tangani Covid-19

Ilustrasi Covid-19DOK. PIXABAY Ilustrasi Covid-19
Pimpinan DPRD Kota Surabaya, Jatim, menilai, pemerintah kota setempat tidak berhasil memutus rantai penyebaran virus corona selama pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap pertama pada 28 April hingga 11 Mei 2020.

"Kami menilai pemkot tidak memiliki roadmap (peta jalan) yang terukur sehingga grafik penyebaran Covid-19 masih tinggi," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya, Laila Mufidah, di Surabaya, seperti dilansir dari Antara, Senin (11/5/2020).

Dia menilai, tanpa roadmap yang jelas dan terukur, penanganan pandemi Covid-19 ini akan serampangan, bahkan bisa dianggap masyarakat sekadar pencitraan.

"Ada banyak evaluasi yang harus dilakukan Pemkot Surabaya dengan sudah berjalannya PSBB tahap pertama. Misalnya, bagaimana target yang terukur dari penerapan PSBB itu," ujar dia.

Politikus PKB ini menganggap pengawasan klaster sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya klaster baru.

Dia mencontohkan klaster pabrik rokok Sampoerna di kawasan Rungkut yang dinilai terlambat ditangani Pemkot Surabaya.

"Baru setelah ramai terungkap di publik, Pemkot Surabaya seperti kebakaran jenggot," ujar Laila.

Baca juga: Surabaya Dinilai Gagal Tangani Covid-19 Saat PSBB, Apa Penyebabnya?

4. Di Konawe, 3000 pekerja lokal terancam dipecat

Ilustrasi pekerja.shutterstock Ilustrasi pekerja.
Tertundanya kedatangan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China menjadi masalah berarti bagi PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS).

Jika mereka tidak datang maka akan ada 3.000 tenaga kerja lokal yang terancam dipecat.

Hal tersebut bisa terjadi karena pada TKA China tersebut rencananya akan mengerjakan 33 tungku smelter dan pengerjaan tungku tersebut akan menyerapa ribuan tenaga kerja lokal.

Hal tersebut disampaikan External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto.

Saat ini pihak perusahaan telah selesai merekrut ribuan karyawan tersebut.

"Jika 500 TKA China sampai tidak jadi didatangkan, maka sebanyak 3.000 lebih tenaga kerja lokal terancam kehilangan pekerjaannya," kata Indrayanto dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Senin (11/5/2020).

"Bisa ada kemungkinan mereka dirumahkan dahulu tanpa mendapat gaji, atau bahkan bisa PHK. Tentunya hal ini tidak kami harapkan, perusahaan juga berusaha agar hal ini tidak terjadi," jelas dia.

Baca juga: 3.000 Tenaga Kerja Lokal Terancam Dipecat, Jika 500 TKA China Tak Datang

5. Pasien positif Covid-19 di Surabaya dari luar daerah

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat bertemu perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur di halaman Balai Kota Surabaya, Senin (11/5/2020).KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat bertemu perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur di halaman Balai Kota Surabaya, Senin (11/5/2020).
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini keberatan dengan jumlah pasien rujukan u Covid-19 dari luar daerah yang dirawat di Surabaya.

Risma sampai naik pitam karena pasien positif Covid-19 asal Surabaya harus menjalani karantina mandiri.

Sebab, ruang isolasi di rumah sakit rujukan kelebihan kapasitas karena menampung ratusan pasien dari luar Surabaya.

"Masa di kota sendiri (Surabaya), kita enggak dapat tempat perawatan," kata Risma saat menggelar pertemuan dengan perwakilan IDI Surabaya dan Persi Jatim di Halaman Balai Kota Surabaya, Senin (11/5/2020).

Risma mencontohkan RS Soewandhie Surabaya yang dipenuhi pasien dari luar kota.

"Semuanya dirujuk ke Surabaya. Sementara, pasien asal Surabaya malah tidak dapat tempat," kata Risma.

Baca juga: Risma Keberatan, 50 Persen Pasien Positif Covid-19 di Surabaya dari Luar Daerah

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Agie Permadi, Ghinan Salman | Editor: Candra Setia Budi, Abba Gabrillin, Robertus Belarminus, Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com