Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal 3.000 Pekerja Lokal Terancam Dipecat Jika 500 TKA China Batal Datang, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 11/05/2020, 16:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Soal 3000 tenaga kerja Indonesia yang terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) jika 500 tenaga kerja asing (TKA) asal China batal datang di Kawasan Industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ( Sultra), menjadi sorotan.

External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto mengatakan, kedatangan 500 TKA China ke Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah untuk mengerjakan 33 tungku smelter milik PT OSS.

Pengerjaan tungku smelter tersebut, menurut Indrayanto, diklaim bakal menyerap lebih dari 3.000 pekerja lokal.

Di sisi lain, menurut Indrayanto, ribuan calon pekerja lokal telah dinyatakan lulus dalam seleksi penerimaan karyawan di perusahaan pemurnian nikel tersebut.

Mereka akan bisa bekerja jika para TKA tersebut sudah datang dan mengerjakan 33 tungku smelter tersebut. 

Baca juga: Kedatangan 500 TKA China ke Sultra Ditunda, Ribuan Pekerja Lokal Terancam PHK

"Jika 500 TKA China sampai tidak jadi didatangkan, maka sebanyak 3.000 lebih tenaga kerja lokal terancam kehilangan pekerjaannya," kata Indrayanto.

Indrayanto juga menjelaskan, setelah seluruh tungku smelter dikerjakan, para TKA asal China itu akan kembali ke negaranya.  

"Setelah mereka melakukan pemasangan, mereka akan kembali lagi ke Tiongkok. Paling lama itu tiga bulan, maksimal enam bulan, tenaga ahli itu paling lama bekerja 6 bulan, jika bisa lebih cepat lagi misal 3 bulan selesai, mereka langsung pulang," kata Indrayanto keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Senin (11/5/2020).

Baca juga: Sempat Dianggap Kesurupan, Ini Motif Ayah Tega Bunuh Anak Gadisnya dan Sandera Warga

External Affairs Manager PT VDNI IndrayantoKOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto

"Bisa ada kemungkinan mereka dirumahkan dahulu tanpa mendapat gaji, atau bahkan bisa PHK. Tentunya hal ini tidak kami harapkan, perusahaan juga berusaha agar hal ini tidak terjadi," sambung Indrayanto.

Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi yang sebelumnya menolak kedatangan TKA China, meminta agar dilakukan penundaan hingga wabah virus corona berakhir.

"Regulasinya sudah ada, tapi belum bisa. Suasana kebatinan kita sekarang belum menerima hal itu. Ya kita tundalah," ungkap Ali Mazi pekan lalu.

 

Seperti diketahui, di tengah pandemi corona, PT VDNI dan PT OSS menyatakan telah melakukan berbagai tahapan mulai dari pemeriksaan kesehatan dengan standar Covid-19 hingga kelengkapan dokumen.

Indrayanto menyebut, saat ini ada 11.000 karyawan lokal yang bekerja di PT VDNI dan PT OSS. Jumlah itu belum termasuk 20.000 pekerja lokal yang terkait dengan aktivitas perusahaan tersebut seperti kontraktor hingga pekerja pelabuhan.

PT VDNI dan PT OSS juga juga berkomitmen pada peningkatan hasil pengolahan bahan baku yang diklaim akan meningkatkan devisa Indonesia.

(Penulis: Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com