Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susah Sinyal, Guru Tidak Tetap di Gunungkidul Terpaksa Datangi Murid

Kompas.com - 10/05/2020, 15:41 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Menjadi guru tidak tetap (GTT) di sebuah sekolah menjadi pilihan Pramesti Utami, warga Desa Semin, Kecamatan Semin, Gunungkidul, Yogyakarta.

Di masa pandemi corona ini dirinya harus mengunjungi muridnya karena beberapa  keterbatasan.

"Ada beberapa keterbatasan menyebabkan saya harus mengunjungi salah satu dari dua orang murid saya," kata Pramesti saat dihubungi melalui telepon Sabtu (8/5/2020). 

Baca juga: Cegah Kerumunan, Rapor Akan Diantarkan ke Rumah Murid

Guru Kelas I SD Candirejo II, Kecamatan Semin mengakui, dirinya harus menyempatkan diri berkunjung ke rumah salah seorang muridnya karena beberapa alasan seperti sinyal ponsel tidak ada, keterbatasan pendidikan orang tua sehingga menyulitkan untuk mengirim tugas.

Selain itu, orangtua jarang mengirim tugas anaknya karena berbagai alasan mulai pulsa tidak ada hingga gawai sering rusak. 

Pramesti tidak bisa setiap hari mengunjungi muridnya, karena saat ini desa di Gunungkidul termasuk rumah muridnya di Dusun Blembem, Desa Candirejo membatasi aktivitas warga dari luar daerahnya karena pandemi Corona dan juga keamanan.

"Tidak bisa setiap hari, selain masuk (desa) ditutup, juga kadang anaknya pergi bersama orang tuanya, mungkin ikut ke sawah. Mau janjian juga susah Mas, nomor telepon (orangtua murid) juga tidak pasti," ucap Pramesti. 

Dia mengaku tetap bersemangat mengajar meski kondisi saat ini membatasi guru yang menjadi GTT sudah 10 tahun terakhir ini.

"Murid saya cuma dua, sekolah kami memang kekurangan murid. Yang satu lancar, orangtuanya mengirimkan tugas tetapi yang satu saya harus berkunjung ke rumahnya," ucap Pramesti.

Baca juga: Sulit Sinyal, Siswa di Gunungkidul Rela Naik Turun Gunung untuk Kerjakan Tugas, Begini Kondisinya

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga, Gunungkidul, Bahron Rasyid mengatakan, untuk wilayah Semin dan Nawen ada lima orang guru mendatangi murid dengan berbagai alasan.

Pertama karena wilayah itu merupakan blank spot, kedua karena siswa tidak memiliki perangkat gawai yang bisa untuk mengakses pembelajaran daring.

"Laporan yang masuk lima guru setiap hari memantau keseharian siswa selain mengecek terkait sekolah, tetapi terkait kesehatan para siswa," kata Bahron.

Dijelaskan, misi utama belajar di rumah adalah memutus rantai pandemi corona, pemerintah membuat kebijakan physical distancing, di antaranya kebijakan belajar dari rumah. Pendidik dan siswa serta orang tua, berinteraksi melalui teknologi.

Untuk batasan media daring 15 Mei 2020, dan kelulusan sekolah dijadwalkan berlangsung pada 5 Juni 2020.

"Namun di Gunungkidul belum semua bisa memanfaatkan teknologi. Tidak hanya kendala jaringan, namun juga kendala ketersediaan perangkat seperti telepon genggam, laptop dan lain sebagainya," ucap Bahron. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com