Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Positif Corona di Sukoharjo Bertambah 11 Kasus

Kompas.com - 08/05/2020, 21:53 WIB
Labib Zamani,
Dony Aprian

Tim Redaksi

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Sempat nihil selama lima hari, pasien positif virus corona atau Covid-19 di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, bertambah 11 kasus pada Jumat (8/5/2020).

"Hari ini ada penambahan 11 kasus pasien positif. Mereka merupakan warga dari Kecamatan Grogol, Mojolaban, Bendosari, Kartasura dan Nguter," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukoharjo Yunia Wahdiyati saat dihubungi Kompas.com.

Dari 11 kasus baru positif corona, kata dia, delapan berasal dari klaster Gowa, pemudik, dan ada yang pernah kontak erat dengan pasien positif sebelumnya.

"Hari ini ada penambahan 11 kasus pasien positif. Mereka merupakan warga dari Kecamatan Grogol, Mojolaban, Bendosari, Kartasura dan Nguter," kata Yunia yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Pasien Positif Corona di Sukoharjo Capai 40 Kasus, Tertinggi di Solo Raya

Dia menjelaskan, delapan kasus pasien positif corona dari klaster Gowa ini awalnya berstatus orang tanpa gejala (OTG).

"Setelah dites Polymerase Chain Reaction (PCR) ternyata hasilnya positif terinfeksi corona. Mereka sekarang isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan petugas," tandasnya.

Di Sukoharjo, kata Yunia, terdapat 86 orang yang ikut dalam kegiatan Ijtima Ulama Gowa.

Dari jumlah ada yang sudah dilakukan rapid test. Namun, ada juga yang belum melakukan rapid test.

Bagi mereka yang belum diimbau dengan secara sukarela melakukan pemeriksaan di puskesmas terdekat. Hal ini untuk mengetahui apakah mereka terindikasi Covid-19 atau tidak.

"Sehingga dengan demikian segera ketahuan. Kalau terinfeksi saat ini untuk dilakukan tindakannya sehingga bisa ditutup penularannya," ungkap Yunia.

Baca juga: 32 Positif Corona di Sukoharjo, 3 di Antaranya Peserta Ijtima Gowa

Dia menambahkan, pasien positif corona yang menjalani karantina mandiri tetap dipantau kondisi kesehatan oleh petugas.

Pemantauan ini dilakukan tanpa tatap muka, namun melalui media komunikasi.

"Apabila dalam pemantauan itu ternyata timbul gejala klinis, misalnya tiba-tiba mengalami demam, batuk atau sesak berikutnya akan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com