Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sobat Ambyar: Sugeng Tindak, Ndan...

Kompas.com - 06/05/2020, 09:32 WIB
Rachmawati

Editor

Kesedihan mendalam para Sobat Ambyar

Kepergian Didi Kempot mengejutkan para penggemarnya. Terlebih lagi, saat ini karier Didi sedang moncer-moncernya.

Seperti yang diungkapkan Jarkiyo, administrator akun Instagram Sobat Ambyar. Dia mengaku kaget dan syok saat mendengar kabar kematian sang idola.

"Pastinya syok dan kaget. Saya di Twitter ngecek itu terus ya kaget, enggak terduga," kata Jarkiyo, Kamis (5/5/2020).

Ia dan beberapa rekannya ke rumah sakit untuk memastikan kabar meninggalnya Didi Kempot. Lalu, mereka langsung ke Ngawi untuk mengantarkan sang idola ke peristirahatan terakhir.

Baca juga: Ribuan Sobat Ambyar Mengantar Didi Kempot ke Peristirahatan Terakhir

"Tadi sempet kroscek di rumah sakit, memang benar (Didi meninggal), terus saya langsung bergegas ke Ngawi, ke pemakaman beliau. Saya dengan beberapa admin menuju ke Ngawi, kami satu mobil lima orang," ucap Jarkiyo.

Beberapa hari sebelum meninggal, menurut Jarkiyo, Didi Kempot sempat mengirim SMS kepada dirinya.

"Soalnya kemarin malam itu Om Didi sempat SMS saya. Dia SMS cuma salah kirim gitu, tapi SMS ke saya. Malam jam setengah 7-an," kata dia.

Komunitas Sobat Ambyar terbentuk saat acara Rumah Blogger Indonesia di Solo pada pertengahan Juni 2019.

Baca juga: Admin Instagram Sobat Ambyar: Kemarin Malam Masih Dapat SMS dari Didi Kempot

Saat itu, Agus Magelangan, salah seorang penulis buku, mengunggah video konser Didi Kempot pada Juni 2019 di akun Twitter @AgusMagelangan.

Sosok Agus inilah yang menurut Jarkiyo memberi julukan "Godfather of Broken Heart" bagi Didi Kempot.

Video konser yang direkam Jarkiyo tersebut kemudian viral di media sosial.

Dalam video tersebut, Jarkiyo dan rekan-rekannya menyanyikan lagu "Cidro" dengan penuh penghayatan.

“Saya pun merekam tidak punya impian akan memviralkan ini, tidak sama sekali. Memang benar-benar natural, pada akhirnya alam yang membantu kita, reaksinya seperti ini,” kata Jarkiyo, saat ditemui Kompas.com pada Juli 2019 di Solo, Jawa Tengah.

Setelah komunitas tersebut terbentuk, banyak anak muda yang berani unjuk gigi melabeli diri sebagai Sobat Ambyar.

Kebanyakan para Sobat Ambyar garis keras karena "warisan" dari orangtua. Saat masih anak-anak, para Sobat Ambyar ini sudah mendengar lagu-lagu Didi Kempot.

Baca juga: Momen Jokowi Jadi Sobat Ambyar, Panggung Istana hingga Konser Amal Didi Kempot

“Wah suka banget itu idolanya bapak saya itu. Pas dengar lagunya, merasa senasib, broken heart. Ambyarlah pokoknya," ujar Joko (28).

Senada dengan Joko, Raran (19) yang baru penasaran dengan Didi Kempot mengatakan, ayahnya juga menyukai lagu-lagu pria yang kerap mengenakan blangkon saat bernyanyi itu.

“Penasaran aja sih. Soalnya memang lagi up banget kan. Didi Kempot ini kan juga penyanyi udah lama. Memang sebenarnya udah tahu lama karena kan papa aku suka sama Didi Kempot. Bingung juga kenapa sekarang orang baru dengerin banyak gitu," tutur Raran.

Baca juga: Ingin Mengenang Didi Kempot, Sobat Ambyar Jakarta Harap Konser di GBK Tetap Digelar

Musisi yang membumi

Kerabat mengusung peti jenazah penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.ANTARA FOTO/JONI PRATAMA Kerabat mengusung peti jenazah penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.
Kenangan tentang Didi Kempot diceritakan oleh anggota kelompok musik orkestra Kidung Etnosia.

Kelompok musik tersebut sering diajak Didi Kempot untuk mengiringinya saat konser. Selama tiga tahun terakhir, sedikitnya mereka sudah enam kali mengiringi Didi Kempot bernyanyi.

Mereka pertama kali satu panggung pada tahun 2017 di Alun-alun Pemkab Gunungkidul pada acara ulang tahun sebuah SMA.

Diceritakan Koordinator Kidung Etnosia Agustinus Bambang Prasetyo, saat itu Didi Kempot tidak tahu bahwa ia akan bernyanyi diiringi orkestra di panggung terbuka.

Baca juga: Jokowi: Dukacita Saya untuk Keluarga Didi Kempot dan Sobat Ambyar

"Pak Didi itu sosok musisi yang benar-benar matang dalam bermusik dan rendah hati. Dia menghargai musisi termasuk musisi muda, tidak membedakan sama sekali," kata Bambang saat ditemui di studio Kembang Sore, Kecamatan Nglipar, Selasa (5/5/2020).

Bambang juga menilai Didi Kempot adalah musisi yang rendah hati. Saat konser di Madiun, Didi Kempot memilih makan bersama para musisi daripada makan bareng dengan menteri dan pejabat yang hadir di acara itu.

"Didi Kempot sering berbaur dengan musisi. Waktu di Madiun, diajak makan sama pejabat dan menteri, Mas Didi tidak mau. Memilih makan bersama teman-teman musisi," ucap Bambang.

Baca juga: Selain Konser, Didi Kempot Juga Siapkan Film Sobat Ambyar Sebelum Meninggal

"Bahkan, saat koordinasi, Pak Didi itu sering melayani foto bersama masyarakat, kadang saya memilih mengalah," kata Bambang.

Menurut Bambang, dalam beberapa kali tampil, Didi Kempot sudah sering membawa oksigen untuk dihirup sebelum tampil.

"Beberapa kali suaranya tidak sampai dan harus menghirup oksigen. Namun, Mas Didi adalah sosok pekerja seni yang kuat dan berdedikasi, kondisi kurang fit tetap tampil," kata Bambang.

Baca juga: Lagu Terakhir Didi Kempot Ojo Mudik, Ajak Sobat Ambyar Tak Pulang Kampung

Berjiwa sosial

Kerabat menabur bunga di atas pusara almarhum penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot seusai dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.ANTARA FOTO/JONI PRATAMA Kerabat menabur bunga di atas pusara almarhum penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot seusai dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.
Didi Kempot juga memiliki jiwa sosial yang cukup tinggi.

Bahkan, saat tampil di Konser Amal dari Rumah yang ditayangkan KompasTV pada 11 April 2020, Didi Kempot tak bertanya bayaran yang ia terima.

Dalam waktu dua jam, pada konser penggalangan dana untuk membantu warga terdampak Covid-19 itu, Didi Kempot berhasil mengumpulkan donasi hingga Rp 7,6 miliar.

"Mas Didi membuat konser amal, sama sekali enggak berpikir 'Nanti saya gimana'. Sama sekali enggak, yang dia pikirkan bagaimana konser berjalan dengan baik," ucap Rosianna Silalahi, Pemimpin Redaksi KompasTV.

Baca juga: Bupati Ngawi Akan Gelar Konser Digital In Memoriam Didi Kempot

Selesai konser digelar, Didi juga menyerahkan semua dana yang berhasil dikumpulkan untuk diatur oleh pihak KompasTV.

"Dia pribadi yang kalau beramal ya beramal aja, enggak mau hitung untung rugi," sambung Rosi.

Hal senada juga diceritakan Muchamad Nabil Haroen, Ketua Pagar Nusa NU.

Dia ingat betul saat Didi Kempot tanpa pikir panjang langsung menyetujui tampil di acara amal penggalangan dana untuk korban banjir, meskipun diberi tahu dalam waktu kurang dari 24 jam.

Baca juga: Kesan dan Penyesalan Kaesang pada Sang Maestro Didi Kempot

"Jaranglah artis papan atas bisa begitu kalau tidak dari jiwa sosialnya yang tinggi, enggak bisa itu," kata pria yang akrab disapa Gus Nabil.

Sementara itu, promotor musik sekaligus CEO Rajawali Indonesia Anas Syahrul Alim mengatakan, Didi Kempot bukan hanya seorang musisi, melainkan juga legenda yang fenomenal karena lagu-lagunya yang realistis.

Ia mengatakan, lirik lagunya banyak bercerita tentang suara kelas bawah dan mewakili perasaan banyak orang.

Baca juga: 5 Fakta soal Didi Kempot, Sang Legenda Berjuluk The Godfather of Broken Heart...

"Satu hal yang cukup menarik adalah artis yang menggunakan bahasa Jawa sebagai liriknya kan sangat jarang," kata dia.

"Bahkan Mas Didi ini menurut saya berhasil mengambil satu-satunya pasar yang masih kosong. Itulah kenapa lagu-lagunya sangat diterima," kata dia.

Baca juga: Kepergian Didi Kempot dan Duka Dunia Seni Indonesia pada Tahun 2020...

Dari musisi jalanan

Kerabat meratapi pusara almarhum penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot seusai dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.ANTARA FOTO/JONI PRATAMA Kerabat meratapi pusara almarhum penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot seusai dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.
Didi Kempot pernah populer pada awal tahun 2000-an. Saat itu lagunya yang terkenal antara lain "Stasiun Balapan", "Terminal Tirtonadi", "Kalung Emas", dan "Layang Kangen".

Selama berkarier, Didi Kempot menciptakan sekitar 800 lagu. Kala itu dia berkata, yang terpenting dari seorang musisi itu adalah terus berkarya.

Setelah hampir 30 tahun berkarya, lagu Didi Kempot mulai digandrungi anak-anak muda, antara lain "Pamer Bojo", "Cidro", "Banyu Langit", dan "Pantai Klayar".

Para fans bahkan memberi julukan "The Godfather of Broken Heart" kepada pria yang berambut panjang itu.

Baca juga: Sempat Ucapkan Takbir, Asisten Sebut Didi Kempot Meninggal di Perjalanan Menuju RS

Didi Kempot lahir di Kota Solo, Jawa Tengah, 31 Desember 1966.

Ayahnya adalah pelawak terkenal di Kota Solo yang dikenal Mbah Ranto atau Ranto Edi Gudel. Selain itu, Didi Kempot adalah adik dari pelawak Srimulat yang terkenal dengan nama Mamiek Prakoso.

Dalam beberapa kesempatan, Didi Kempot mengaku sangat dekat dengan Mamiek Prakoso Bahkan, Didi bercerita bahwa saat khitan, dia juga bersama dengan kakaknya.

Didi Kempot mengwali kariernya sebagai musisi jalanan pada usia 18 tahun. Kala itu ia menjadi pengamen d Solo sekitar tahun 1984 hingga 1986.

Baca juga: Jerinx SID: Didi Kempot Musisi Organik, Tidak Pakai Gimik dan Itu Langka

Kerabat meratapi pusara almarhum penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot seusai dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.ANTARA FOTO/JONI PRATAMA Kerabat meratapi pusara almarhum penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot seusai dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Majasem, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal di Solo, Jawa Tengah, pada usia 53 tahun.
Ia kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 hingga 1989 ke dapur rekaman.

Selama di Jakarta, dia berjuang keras dengan mengirimkan sendiri kaset rekaman lagu-lagu ciptaannya ke label.

"Tapi, dulu tak titipkan di satpam. Mungkin satpamnya lupa. Jadi saya enggak dipanggil-panggil. Waktu itu rekam sendiri, liriknya ditulis tangan. Terus dikaretin, titipkan satpam," kata Didi kala itu.

Ia masuk dapur rekaman pertama kali pada tahun 1990 pada usia 24 tahun.

Baca juga: Lewat Layang Kangen, Pemain Persib Putri Kenang Sosok Didi Kempot

Lagu pertama yang masuk dapur rekaman berjudul "We Cen Yu" singkatan dari Kowe Pancen Ayu (kamu memang cantik).

Ia pun terus berkarya dengan menciptakan banyak lagu.

Untuk menciptakan satu lagu, ia membutuhkan waktu sekitar dua hari, sedangkan paling cepat sekitar satu jam.

"Di lagu 'Sekonyong-konyong Koder' itu kan butuh kata yang berakhiran er. Lemper, super, itu nulisnya agak lama. Bisa dua hari. Kalau yang lain satu hari selesai," ungkap dia.

Baca juga: Didi Kempot dalam Kenangan, Tak Mau Makan Bareng Menteri, Pilih Gabung dengan Musisi

Pada Juli 2019, Didi Kempot bercerita bahwa ia patah hati pertama kali pada usia 14 tahun.

"Saat itu karena beda kasta, tapi ya kudu dilakoni," katanya.

Terkait lagu-lagunya yang bertema patah hati dan kehilangan, Didi beralasan sengaja memilih tema tersebut karena dekat dengan masyarakat.

"Saya memilih tema lagu yang deket dengan masyarakat. Patah hati semua pernah mengalami. Kata-kata yang dipilih juga yang mudah dipahami," jelasnya.

Baca juga: Setahun Kemarin, Ketika Lagu Didi Kempot Mengalun di Jalanan Inggris...

Warga melewati poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Selasa (5/5/2020), dan rencananya akan dimakamkan di tempat kelahiran Ngawi, Jawa Timur.ANTARA FOTO/MAULANA SURYA Warga melewati poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Selasa (5/5/2020), dan rencananya akan dimakamkan di tempat kelahiran Ngawi, Jawa Timur.
Popularitas Didi Kempot tidak hanya meroket di Indonesia. Di luar negeri, namanya juga populer terutama di Suriname.

Terakhir kali Didi Kempot konser di Suriname adalah pada Sabtu (29/9/2018).

"Didi disambut dengan antusias oleh para penggemarnya, baik orang tua maupun muda, dari bermacam-macam etnis, mulai dari Jawa keturunan Indonesia, Hindustani keturunan India, Maroon, hingga Kreol," tulis Aloysius Budi Kurniawan di artikel Kompas.id berjudul Didi Kempot tertanggal 5 Oktober 2018 tersebut.

Saat itu, Presiden Suriname Desi Bouterse dan Ibu Negara Ingrid Waldring Bouterse juga hadir menyaksikan penampilan Didi Kempot yang kala itu berusia 51 tahun.

Kini, sang komandan Sobat Ambyar telah meninggal. Kepergiannya membawa duka mendalam tak hanya untuk Sobat Ambyar, tetapi juga untuk Indonesia.

Sugeng Tindak, Ndan...
Swargi langgeng kagem panjenengan.

"Senajan aku loro. Ning isik kuat nyonggo. Tatu sing ono dodo. Perih rasane yen eling kowe. Angel Tambane..."

Terus bernyanyi di surga, Ndan.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sukoco, Labib Zamani, Luthfia Ayu Azanella, Ira Gita Natalia Sembiring, Markus Yuwono, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Rintan Puspita Sari | Editor : Robertus Belarminus, Inggried Dwi Wedhaswary, Kistyarini, Khairina, Rizal Setyo Nugroho, Aditya Jaya Iswara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com