Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Guru SD di Kukar Bantu Anak Petani Pakis Belajar Saat Wabah Merebak

Kompas.com - 05/05/2020, 12:44 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Nanang Nuryanto adalah guru kelas V SDN 021 Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.

Setiap hari dia mendatangi satu atau dua siswanya yang ada di Desa Santan Ulu, Kecamatan Marang Kayu, untuk mendampingi pembelajaran tatap muka.

Para siswa ini tak bisa mengikuti pembelajaran online karena tidak ada ponsel Android dan uang buat beli paket data internet.

“Rata-rata mereka anak petani sayur pakis,” ungkap Nanang saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/5/2020).

Baca juga: Perjuangan Guru Honorer di Tengah Wabah, Datangi Rumah Setiap Siswa hingga Jadi Penambal Ban

Dari 22 siswa kelas V yang dia bina, hanya 12 orangtua siswa yang menyanggupi belajar online.

Sementara 10 orangtua siswa lainnya kesulitan dengan cara belajar online karena terkendala ponsel Android dan paket data internet.

“Jadi kami pakai dua pola belajar online bagi yang sanggup dan offline bagi yang tidak sanggup. Yang offline saya datangi rumah mereka satu persatu,” tutur pria usia 36 tahun ini.

Nanang kemudian membuat modul belajar bagi siswa offline. Di dalam modul itu siswa diminta langsung praktik biar lebih fleksibel dan interaktif.

Baca juga: Merayakan Hardiknas di Tengah Pandemi, Langkah Para Guru demi Secercah Ilmu...

Misalnya, pelajaran matematika, Nanang meminta siswa menghitung luas ruangan atau lingkaran.

Dari situ siswa langsung mempresentasikan metode mengukur ruangan di hadapannya.

Begitu juga dengan pelajar IPA, misalnya, siswa diminta bikin campuran daur air, larutan homogen dan lainnya.

“Jadi saya enggak fokus dengan pelajaran di buku seperti di sekolah-sekolah,” kata dia.

Dalam sehari, Nanang bisa mendatangi satu sampai dua siswa menggunakan sepeda motor dengan jarak sekitar dua sampai lima kilometer.

“Bahkan ada beberapa orangtua yang beri saya jagung, sayur pakis dan lainnya saat pulang,” ungkap Nanang.

Pelajaran serupa juga diterapkan ke siswa yang belajar online hanya beda media.

“Yang online saya bimbing lewat grup WhatsApps. Saya beri mereka proyek praktik yang saya jelaskan pakai rekaman video,” terang Nanang.

Misalnya pelajaran IPS, Nanang meminta para siswa menjelaskan dampak negatif maupun positif dari wabah virus corona terhadap masyarakat.

Baca juga: Sederet Kisah Para Guru Baik Hati di Tengah Pandemi, Datangi Siswa untuk Belajar di Rumah

Para siswa mempresentasikan dalam bentuk video dan mengirim balik ke Nanang untuk diberi penilaian dan masukan.

“Bisa dibikin poster atau komik dan lain-lain. Tapi mereka menjelaskan sendiri dan merekam dampak yang terjadi di lingkungan mereka,” jelasnya.

“Ternyata anak-anak antusias, karena mereka sebenarnya suka bikin video. Maklum usia mereka suka main tiktok,” sambungnya tertawa kecil.

Dengan dua pola pembelajaran tersebut, Nanang menjalani sudah hampir dua bulan terakhir.

Hanya saja, menurut Nanang, ada hal-hal tidak bisa dimengerti siswa dengan pola belajar online.

Khawatir siswa salah memahami pelajaran tertentu, Nanang mengidentifikasi siswa dianggap belum paham dengan penjelasan online, dia akan mendatanginya dan menjelaskan tatap muka.

“Ada siswa online yang saya identifikasi kurang paham, saya datangi lagi jelaskan tatap muka. Takut mereka salah paham,” jelas dia.

Di tempat Nanang mengajar, program belajar yang ditayangkan TVRI tidak bisa dijangkau semua siswa.

Selain itu, ada pola belajar melalui program Kukar Cerdas.

Program ini kerja sama Pemda Kukar, Rumah Belajar, Departemen Agama dan Tanoto Foundation membuat belajar online melalui saluran YouTube.

Program ini diikuti seluruh siswa-siswi yang ada di Kabupaten Kutai Kertangera.

“Ada sekitar 600 siswa aktif ikut melalui siaran langsung YouTube. Tapi itu bagi siswa yang punya akses ponsel Android,” tutup Nanang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com