Dalam sehari, Nanang bisa mendatangi satu sampai dua siswa menggunakan sepeda motor dengan jarak sekitar dua sampai lima kilometer.
“Bahkan ada beberapa orangtua yang beri saya jagung, sayur pakis dan lainnya saat pulang,” ungkap Nanang.
Pelajaran serupa juga diterapkan ke siswa yang belajar online hanya beda media.
“Yang online saya bimbing lewat grup WhatsApps. Saya beri mereka proyek praktik yang saya jelaskan pakai rekaman video,” terang Nanang.
Misalnya pelajaran IPS, Nanang meminta para siswa menjelaskan dampak negatif maupun positif dari wabah virus corona terhadap masyarakat.
Baca juga: Sederet Kisah Para Guru Baik Hati di Tengah Pandemi, Datangi Siswa untuk Belajar di Rumah
Para siswa mempresentasikan dalam bentuk video dan mengirim balik ke Nanang untuk diberi penilaian dan masukan.
“Bisa dibikin poster atau komik dan lain-lain. Tapi mereka menjelaskan sendiri dan merekam dampak yang terjadi di lingkungan mereka,” jelasnya.
“Ternyata anak-anak antusias, karena mereka sebenarnya suka bikin video. Maklum usia mereka suka main tiktok,” sambungnya tertawa kecil.
Dengan dua pola pembelajaran tersebut, Nanang menjalani sudah hampir dua bulan terakhir.
Hanya saja, menurut Nanang, ada hal-hal tidak bisa dimengerti siswa dengan pola belajar online.