Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Rumah Tangga di Yogya Tiap Hari Gantung Bahan Makanan untuk Bantu Warga

Kompas.com - 05/05/2020, 04:15 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

"Ada yang lihat terus ke sini memberi sayuran, terus saya gantungkan, supaya yang ngasih senang tak foto terus tak update di status WA," ungkapnya.

Beberapa tema,  lanjutnya, melihat status WhatsApp (WA) miliknya. Dari situlah kemudian mereka datang untuk menyumbang.

Awalnya yang datang dari warga di dusunnya, kemudian berkembang ke teman-teman kuliah, hingga warga luar kecamatan.

"Ada 16 orang yang support, tidak rutin dan apa yang teman-teman punya. Yang punya mie dua bungkus ya mie dua bungkus, yang punya telur ya telur," ungkapnya.

Ardiati mengaku melakukan hal ini karena terketuk ingin membantu warga di sekitarnya maupun siapapun yang membutuhkan.

Sebab, dalam kondisi saat ini tentu ada warga masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Meski bahan makanan yang digantungkan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sepenuhnya, namun setidaknya bisa sedikit membantu warga sekitar yang membutuhkan.

"Dengar ada yang sudah dirumahkan dari pekerjaan dan kita tidak tahu apakah mereka masih memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kalau ada tetangga yang sampai kelaparan kan, Saya kan ikut dosa," ungkapnya.

Menurutnya pemerintah memang wajib memberikan bantuan. Namun, orang terdekat dalam hal ini tetangga juga sebisa mungkin ikut membantu.

"Ada kata-kata, tetangga membantu tetangga, itu yang ada di pikiran saya. Orang yang bisa membantu tetangganya adalah orang yang terdekat di lingkungan itu," ujarnya.

Ardiati yang merupakan lulusan S1 Fakutas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) ini setiap hari menggantung bahan makanan di depan rumahnya. Namun untuk waktunya, tidak tentu.

"Nggak sampai jam-jam an, sudah habis. Nggak sampai satu hari," tuturnya.

Warga Rajek Lor, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman ini menyampaikan orang yang mengambil ada warga sekitar. Bahkan ada juga dari warga luar desa yang kebetulan melintas di jalan depan rumahnya.

Ia pun tidak memikirkan siapa orang yang mengambil. Sebab ibu rumah tangga berusia 53 tahun ini menilai yang mengambil adalah orang yang membutuhkan.

"Yang kepikiran kalau orang mengambil itu, satu pasti butuh, secara fisik butuh makanan, yang kedua secara psikologis dia butuh. Misalnya di rumah punya beras, tapi berpikir saya belum aman, lalu mengambil, ya tidak apa-apa," katanya.

Baca juga: Khawatir Tetangga Tak Makan, Warga Surabaya Gantung Sembako di Dinding, Siapa Pun Boleh Ambil

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com