Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nenek Mariyam Pungut Sisa Padi Demi Bertahan Hidup di Gubuk Reyot

Kompas.com - 05/05/2020, 03:50 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Rumah yang ditempati Mariyam (70), warga Kampung Kedunggudel RT 001/RW 003 Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah kondisinya sangat memprihatinkan.

Mariyam tinggal di rumah sempit berukuran 3x5 meter persegi. Di rumah ini Mariyam tinggal bersama kedua putranya, Wahyudi Purnomo (34) dan Wahyono (40).

Dinding bagian samping rumah Mariyam terbuat dari anyaman bambu. Beberapa bagian dinding bambu itu sudah berlubang. Sedang bagian depan rumah dindingnya tembok. Kondisinya sudah berjamur dan tidak terawat.

Bagian pintu masuk rumah Mariyam terbuat dari kardus berlapis karung tanpa engsel. Untuk membukanya tidak bisa langsung, harus diangkat terlebih dahulu.

Baca juga: Perjuangan TKI Ilegal Menyambung Hidup saat Lockdown di Malaysia, Berutang hingga Terpaksa Makan Tikus

Di rumah ini tidak ada sekat antarruang. Dari dapur, ruang tamu, tempat tidur semuanya menjadi satu. Ranjang tidur pun terbuat dari bambu beralas kasus tipis yang kondisinya sudah lusuh.

Mariyam setiap hari bekerja sebagai buruh serabutan. Setiap musim panen Mariyam memungut sisa-sisa padi dengan "ngasak" untuk bertahan hidup.

"Setiap hari ibu ngasak padi di sawah. Di mana ada yang panen padi, pasti ibu ngasak di situ. Hasilnya padi buat makan," kata anak kedua Mariyam, Wahyudi kepada Kompas.com di rumahnya, Senin (4/5/2020).

Mariyam berangkat dari rumah untuk mencari sisa padi di sawah sekitar pukul 07.00 WIB dengan berjalan kaki. Mariam baru pulang sore hari setelah mendapat padi hasil dari ngasak.

"Sehari biasanya dapat sekarung. Padi itu kemudian dijemur. Setelah kering baru digiling ke tempat penggilingan. Berasnya dimasak untuk makan," terang dia.

Wahyudi sendiri setiap hari bekerja mencari romgsok. Pekerjaan mencari rongsok sudah dia tekuni sejak dirinya pulang dari merantau.

Karena tidak ada pekerjaan di rumah, Wahyudi akhirnya mencari rongsok. Hasil dari menjual rongsok itu dia gunakan untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari.

Selain mencari rongsok, Wahyudi terkadang diminta tenaganya untuk membantu membangun rumah sama tetangga. Tetapi, pekerjaan itu tidak setiap hari datang kepadanya.

"Pernah ditawarin ikut bangun rumah. Terkadang juga ikut panen mangga. Kalau pas panen mangga saya dikasih upah Rp 50.000," ujar dia.

Baca juga: Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Begini Cara Mak Iyah Menyambung Hidup

Wahyono yang menjadi tulang punggung keluarga harus menderita lumpuh sejak lama.

Wahyono setiap hari hanya bisa duduk dan berbaring di tempat tidur sambil melihat televisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com