Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepekan Penerapan PKM, Wali Kota Semarang: Belum 100 Persen Optimal

Kompas.com - 04/05/2020, 18:54 WIB
Riska Farasonalia,
Dony Aprian

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Terdapat beberapa catatan selama lebih dari sepekan, dari hasil evaluasi kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) di Kota Semarang sejak diberlakukan Senin (27/4/2020).

Sempat terjadi penumpukan kendaraan di wilayah perbatasan Kota Semarang, antara lain di Mangkang dan Plamongan sejak pemberlakukan PKM di Kota Semarang hingga hari ketiga.

Dua pintu masuk ke Kota Semarang melalui jalur darat itu pun dijaga ketat oleh tim gabungan di pos pantau PKM Kota Semarang di masing-masing titik.

Ribuan kendaraan dari daerah hinterland Kota Semarang tersebut tertahan di perbatasan kota untuk dilakukan pengecekan sesuai protokol kesehatan penanganan Covid-19.

Baca juga: Setelah Berlakukan PKM, Pemkot Semarang Tambah Ruas Jalan yang Ditutup

Selain itu, ditemukan masih banyak masyarakat yang tidak mengunakan masker dan beberapa ditemukan pemudik yang didapati hendak masuk ke Kota Semarang.

Namun, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi optimistis, masyarakat setiap hari akan lebih disiplin mematuhi peraturan PKM.

Menurutnya, masih ada tiga minggu ke depan untuk menerapkan pelaksanaan PKM agar dapat berjalan efektif di Kota Semarang.

"Saya yakin lambat laun akan berkurang, orang sudah mulai memiliki kesadaran memakai masker. Yang coba-coba mudik akan semakin berkurang. Kalau ada pengemudi pelat kendaraan luar kota yang dicek kesehatannya baik dengan alasan mau bekerja masih diperbolehkan," jelas Hendrar saat konferensi pers di Balai Kota Semarang, Senin (4/5/2020).

Baca juga: Wali Kota Semarang Harap Masyarakat Patuhi Aturan PKM

Selain itu, lanjutnya, tempat usaha baik restoran maupun Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah mulai mengindahkan peraturan untuk tutup hingga pukul 20.00 WIB.

"Orang yang berkerumun atau nongkrong di tempat makan di atas jam 8 malam sudah mulai berkurang dan mematuhi aturan perubahannya sudah mulai terasa. Saya optimistis, meski belum 100 persen, setelah ini kita saling mengingatkan untuk bisa memutus mata rantai Covid-19 berjalan baik," katanya.

Hendrar menjelaskan, PKM berbeda dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena masih memberi ruang bagi masyarakat berkegiatan tetapi dengan kontrol yang ketat.

"Saya rasa PKM ini adalah Perwal yang sebenarnya justru sebagai payungnya kegiatan utama yakni melakukan patroli untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya Covid-19, serta supaya kita bisa filter yang mau mudik dan tidak sehat harus keluar dari Semarang," tegasnya.

Baca juga: Hari Ketiga PKM Semarang, Kendaraan dari Arah Timur Disetop

Kemudian, kata dia, hal ini dilakukan untuk menghindari kekhawatiran masyarakat yang berlebihan soal PSBB karena semua akses pasti harus ditutup.

"Jadi bukan PKM atau PSBB tapi aktivitas apa yang bisa dilakukan. Mau begini-begini saja sampai kapan, kita gak tahu atau melakukan suatu hal maka kami pilih meningkatkan patroli," kata dia.

Hendrar mengaku, tak akan melakukan penindakan dengan memberikan hukuman kepada masyarakat yang melanggar.

"Saya tidak akan melakukan penindakan terhadap pelanggaran dengan menghukum masyarakat yang terkena musibah. Kami hanya memberikan teguran dan mengingatkan saja bagi yang melanggar. Kita ingin tegas tapi tidak menyakitkan masyarakat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com