Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Rumah Mewah di Brebes Dilabeli Keluarga Miskin Penerima PKH

Kompas.com - 04/05/2020, 18:40 WIB
Tresno Setiadi,
Dony Aprian

Tim Redaksi

BREBES, KOMPAS.com - Sejumlah foto rumah mewah dilabeli "Keluarga Pra Sejahtera (Miskin) Penerima Manfaat PKH" di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, viral di media sosial Facebook.

Koordinator Pendamping Progam Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Brebes Fatah El Zaman membenarkan foto-foto yang beredar di Facebook berada di Desa Ciputih, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes.

"Iya benar, foto yang beredar di media sosial itu di Salem," kata Fatah saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Senin (4/5/2020).

Baca juga: Halau Kendaraan Bawa Pemudik, Polisi Dirikan Posko di Tegal dan Brebes

Sebelumnya, kata dia, pendamping PKH sebenarnya sudah menyarankan agar warga yang mampu untuk mundur sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berupa bantuan uang non tunai

"Kronologinya, sebelumnya, teman-teman pendamping PKH sudah memberikan pengertian kepada mereka yang mampu agar mundur sebagai KPM," kata Fatah.

Termasuk, lanjutnya, data penerima PKH juga sudah diserahkan ke pihak desa setempat sebelum akhirnya dilakukan labelisasi April lalu.

"Data juga sudah diserahkan ke pihak desa agar dipilah mana saja yang lebih berhak," kata Fatah.

Fatah mengungkapkan, masih ada warga yang membandel atau tidak mau mundur meski sudah masuk kategori mampu.

"Hampir setiap hari saya dapat keluhan teman-teman pendamping di lapangan. PKH itu kan atas nama ibu rumah tangga. Ketika istri mau mundur suaminya yang marah-marah, ini banyak terjadi," kata Fatah.

Baca juga: Kata Dinkes Jawa Tengah soal Brebes Nihil Kasus Covid-19

Menurut Fatah, di Desa Ciputih, Kecamatan Salem sendiri sudah ada 30 dari 300 KPM yang mengundurkan diri karena sudah mampu secara ekonomi.

Dia menuturkan, kategori KPM penerima PKH di Brebes ada sebanyak 115.683.

Jumlah tersebut belum termasuk tambahan 8.219 KPM yang masih dalam tahap pemutakhiran data di lapangan.

"Pemutakhiran data ini untuk melihat syarat. Barangkali ada yang double, sudah mampu secara ekonomi, sudah meninggal dunia atau pindah alamat, termasuk juga yang tidak memiliki syarat kategori penerima manfaat," kata Fatah.

Menurut Fatah, hingga Maret 2020, sebelumnya ada sekitar 2.870 warga yang memilih mengundurkan diri secara sadar. Hingga kini pihaknya juga masih melakukan pemutahiran data.

"Ini banyak juga yang tergraduasi mampu secara ekonomi. Pemutakhiran kami jalan terus, itu yang reguler. Karena yang tambahan masih deadline temporary closing," kata Fatah.

Sebenarnya, dari pihak pendamping PKH tidak menyarankan adanya pemberian label "miskin" di rumah penerima manfaat.

Namun, atas saran pemerintah desa setempat yang meminta adanya hal tersebut.

"Awalnya hanya labelisasi 'pra sejahtera'. Namun banyak Kepala Desa yang menolak kalau hanya kalimat itu, karena tidak ada efek. Maka muncul kata 'miskin' dan itu mayoritas permintaan desa. Label ini untuk yang bandel, istilahnya yang kufur nikmat," pungkas Fatah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com