KOMPAS.com- Baru satu bulan lahir ke dunia, Isyana mengembuskan napas terakhirnya.
Bayi pasangan Fery Hermansyah dan Ryda itu meninggal lantaran sempat ditolak rumah sakit dan terlambat mendapatkan penanganan.
Terbata-bata, sang ibu yang bernama Ryda menumpahkan kesedihannya ditinggalkan oleh sang buah hati.
"Saya tidak bisa terima perlakuan mereka yang begitu tak punya hati nurani satu pun," tutur Ryda.
Baca juga: 5 Kasus Bayi Positif Covid-19 dalam Sepekan Terakhir, Tertular TKI hingga Orangtua
Isyana yang saat itu mengalami sesak napas dirujuk ke RSUP M Djamil Padang lantaran keterbatasan alat.
Bukannya langsung ditangani, dalam kondisi sesak napas dan bantuan oksigen, mereka ditolak masuk ke rumah sakit.
Pihak rumah sakit saat itu mengatakan, ruangan anak penuh.
Ryda menuturkan bagaimana bayinya harus bertahan dalam kondisi sakit selama sejam lebih di ambulans.
"Satu jam lebih anak saya di ambulans. Bahkan oksigennya sampai habis di mobil," kata dia.
Isyana akhirnya diizinkan masuk IGD, itu pun usai orangtuanya berdebat dengan petugas di RSUP M Djamil Padang.
Baca juga: Diajak Berbaur ke Hajatan, Bayi Usia 40 Hari Sesak Napas dan Meninggal
Usai masuk RS rupanya bayinya tak segera ditangani.
Dalam kondisi sesak napas, Isyana harus menunggu selama tiga jam.
Hati Ryda hancur ketika mengetahui bayinya tak dapat bertahan.
Isyana pun meninggal dunia sebelum mendapat perawatan.
"Dari pukul 14.00 WIB kami sampai, hingga pukul 17.00 WIB, tidak ada yang memberikan pertolongan apa-apa. Sampai akhirnya anak saya meninggal dunia," tutur Ryda pilu.
Ryda mengatakan, tindakan itu mencerminkan seolah mereka tak berhati nurani.
"Mereka lebih mementingkan tes Covid-19 kepada semua pasien yang datang ke IGD dibanding lebih dulu menyelamatkan nyawa seorang anak bayi umur satu bulan dalam kondisi sangat kritis," ujar Ryda.
Baca juga: Bayi 1 Bulan Meninggal Diduga Ditelantarkan Rumah Sakit Rujukan Covid-19
Mereka harus menunggu empat setengah jam setelah bayinya meninggal dan baru bisa membawa pulang Isyana sekitar pukul 21.30 WIB.
Tak ada perawat yang memberikan penjelasan, hingga seorang perawat yang baru masuk shift kerja masuk ke ruangan Isyana pada pukul 21.00 WIB.
"Dia (perawat) kaget melihat anak saya sudah membeku dan membuat murka suami saya," kata Ryda.
Baca juga: Perawat Kaget Melihat Anak Saya Sudah Membeku
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama RSUP Djamil Padang Yuswiran meminta maaf atas meninggalnya bayi Isyana.
"Kami mohon maaf kepada seluruh pihak terutama kepada keluarga pasien bayi dari Ridha Afrila Dina Putri yang tidak puas atas kondisi yang terjadi," kata Yusirwan dalam keterangan tertulis, Minggu (3/5/2020).
Menurut dia, memang ada masalah dalam penanganan bayi satu bulan itu. Salah satunya mengenai sistem rujukan rumah sakit.
Sebelum merujuk pasien, rumah sakit jejaring harus lebih dulu mengirim data pendahulu pemeriksaan pasien.
Bayi itu harus lebih dulu melewati serangkaian tes lantaran RS jejaring tak mengirim data lengkap.
Menurut pemeriksaan bayi Isyana termasuk PDP Covid, namun pihak keluarga tak mengizinkan tim medis melakukan tes swab.
“Hal ini yang terjadi, apalagi ini diperparah dengan kondisi keluarga yang tidak mau dilakukan swab terhadap pasien, karena hasil pemeriksaan pasien, ia (bayi) ditetapkan PDP Covid-19,” Yusirwan.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Padang, Perdana Putra | Editor: Dheri Agriesta)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.