KOMPAS.com- Di perairan Asahan, Sumatera Utara, 13 TKI ditelantarkan dalam keadaan kelaparan dan tak makan selama dua hari.
Mereka ditemukan oleh personel Sat Polair Polres Tanjung Balai bersama petugas Direktorat Polairud Polda Sumut sekitar jam 10.00 WIB.
Sedangkan di Lombok, sepasang bule asal Rusia yang mengamen membawa bayi karena kehabisan uang akan segera dideportasi ke negaranya.
Berikut berita populer nusantara yang menjadi fokus pembaca Kompas.com:
Awalnya, personel Sat Polair Polres Tanjung Balai bersama petugas Direktorat Polairud Polda Sumut berpatroli di perairan Asahan.
Kapolres Tanjung Balai AKBP Putu Yudha Prawira menyebut, tim patroli menemukan belasan warga berkumpul sekitar pukul 10.00 WIB.
"Sekira pukul 10.30 WIB, tim patroli menolong kumpulan orang tersebut yang diduga ditelantarkan oleh kapal yang membawa mereka dari Malaysia ke Indonesia," ujar dia.
Para TKI ini disemprot cairan disinfektan dan diperiksa barang bawaannya.
"Para TKI ini diberikan makan karena sudah 2 hari 2 malam di tengah laut dan tak makan," ujar dia.
TKI tersebut berasal dari Asahan dan Tanjung Balai.
"Dari hasi pemeriksaan kesehatan, 13 TKI negatif terindikasi Covid-19 dan akan dipulangkan kepada pemdanya masing-masing atau kepada keluarganya," ujar Putu.
Baca juga: Viral, Video Belasan TKI Ditemukan di Hutan Bakau, Ternyata Ditelantarkan, 2 Hari Tak Makan
Pasangan bule asal Rusia, Mikhail (29) dan Ekaterina (28) dan bayinya yang bernama Serafima akan segera dideportasi ke negaranya.
Pasangan itu diamankan oleh pihak imigrasi setelah video mereka mengamen di Pasar Tradisional Kebon Roek Mataram, NTB viral di media sosial.
Pasangan itu mengaku mengamen untuk membeli makanan lantaran uang yang mereka miliki semakin menipis selama masa pandemi.
Usai kejadian itu, pihak imigrasi berkoordinasi dengan Konsulat Rusia di Bali.
Diputuskan mereka akan segera dideportasi ke negara asalnya melalui Bandara Ngurah Rai Bali.
Hal tersebut merupakan permintaan pihak konsulat Rusia.
"Agar tiga WNA Rusia ini bisa langsung diterbangkan atau dideportasi ke Rusia melalui Bandara Ngurah Rai Bali. Tanggal 3 Mei pagi mereka akan menyeberang ke Padangbae melalui Lembar, dan malamnya diterbangkan ke Rusia," ujar Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPA Mataram Syahrifullah.
Jumlah itu, kata Direktur Utama RSU dr Soetomo Surabaya Joni Wahyuhadi, merupakan 70 persen dari 46 pegawai yang mengikuti tes gelombang pertama.
"Dari 46 orang pegawai yang diswab, 34 positif Covid-19," kata dia.
Ia mengaku terkejut dengan hasil yang begitu banyak.
"Hasilnya memang sangat mengejutkan. Ini bukti bahwa Covid-19 adalah virus yang infeksius, cepat menular," tutur dia.
Tertularnya 34 pegawai positif ini bermula dari dua orang karyawan yang dinyatakan positif Covid-19.
Kedua pegawai yang nekat bekerja saat berstatus PDP itu kini telah meninggal dunia.
Baca juga: Pihak RS Kaget, 34 Karyawan Sampoerna Positif Covid-19 Serentak
Karena menegur sopir mobil pikap yang salah masuk jalur pengisian bahan bakar minyak (BBM), seorang petugas SPBU, Yeni Nur Oktaviani (24) jadi korban penamparan.
Kejadian tersebut terekam kamera pengawas dan viral di media sosial dan menjadi pembicaraan warga Pangandaran, Jawa Barat.
Korban kemudian melaporkan kejadian itu ke kepolisian.
Di tengah prosesnya, korban justru mencabut laporannya lantaran iba dengan pelaku yang harus mengurus anaknya sendirian.
"Saya kasihan, pelaku harus mengurus sendirian anaknya yang berusia lima tahun. Jika saya tegas (melanjutkan proses hukum), anaknya sama siapa," kata Yeni melalui sambungan telepon, Sabtu (2/5/2020).
Saat kejadian pun, Yeni melihat anaknya harus ikut ayahnya saat bekerja.
"Saat itu (penganiayaan) di pom bensin, anaknya ada di depan. Dibawa. (Laporan dicabut) Kembali ke hati nurani. Saya enggak tega (lihat anaknya), terlebih ini bulan puasa," jelas Yeni.
Baca juga: Viral, Video Sopir Pikap Tampar Petugas SPBU Perempuan karena Tak Terima Ditegur
Aparat kepolisian dan TNI menjemput paksa tiga orang anggota keluarga di Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Grobogan, setelah hasil rapid test menunjukkan reaktif.
Ketiganya diwaspadai ikut tertular Covid-19 karena kepala keluarga mereka baru pulang dari luar kota dan akhirnya dinyatakan positif Covid-19.
Kapolsek Karangrayung, AKP Lamsir bersama seorang anggota TNI mengenakan APD lengkap sempat berdebat dengan anggota keluarga tersebut.
Kami sehat, tidak mau dibawa ke rumah sakit. Mati itu takdir Tuhan. Kata-kata penolakan itu yang membuat saya tegang," terang Lamsir, saat dihubungi Kompas.com, melalui ponsel, Sabtu (2/5/2020).
Karena tetap ngotot tak mau dievakuasi, polisi dan TNI itu langsung membawa mereka masuk ke ambulans secara paksa.
"Kami membantu tim medis karena mereka menolak dibawa. Kami pun turun tangan dan masih ngeyel. Mau tak mau kami tetap bawa masuk ke ambulans demi kebaikan bersama," terang Lamsir.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Dewantoro, Fitri Rachmawati Achmad Faizal, Candra Nugraha, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Editor : David Oliver Purba, Aprilia Ika, Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.