Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (Unpad), dan YPM Salman menelurkan sebuah ventilator portabel
Ventilator tersebut dinyatakan lolos uji pada 21 April 2020.
"Vent-I telah melewati proses uji produk menyeluruh oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan dan dinyatakan lolos,” ujar tim Komunikasi Publik dari pengembang Vent-I, Hari Tjahjono.
Vent-I merupakan alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri atau pasien Covid-19 pada gejala klinis tahap 2.
Teknologi ini diklaim dapat digunakan dengan mudah oleh para tenaga medis.
Vent-I dinyatakan aman digunakan sebagai ventilator non-invasive untuk membantu pasien Covid-19.
Hari mengungkapkan, alat ini dapat segera diproduksi untuk keperluan sosial. Vent-I akan dibagikan gratis kepada rumah sakit yang membutuhkan.
“Untuk kebutuhan sosial ini, Vent-I akan diproduksi sekitar 300-500 sesuai dengan jumlah donasi yang masuk ke Rumah Amal Salman. Untuk produksi dikerjasamakan dengan PT DI,” papar dia.
Antivirus yang ditelitinya tersebut berupa produk gula yang dikembangkan menggunakan light technology.
Menurut Faisal, virus corona menyebar dan membelah diri ketika pasien diberi protein.
Sementara itu, gula tersebut berfungsi memecah protein menjadi asam amino sehingga diklaim mempercepat pencegahan dan pengobatan Covid-19.
"Jadi protein digunakan Covid-19 untuk membelah atau memperbanyak turunannya dan glukosa adalah energinya. Dampaknya, kita memiliki imunitas yang kuat. Tidak ada dampak buruk yang dihasilkan," kata Faisal.
Ia mengatakan telah mengujicobakan gula tersebut ke beberapa pasien Covid-19 di rumah sakit.
Baca juga: Kasus-kasus Anak dan Balita Positif Covid-19 di Indonesia, Tak Bepergian, dari Mana Penularannya?
"Tingkat keberhasilannya sudah ada. Datanya kita dapat dari beberapa rumah sakit di luar Sumsel. Ada beberapa pasien yang sembuh. Proses penyembuhan biasanya tidak lebih dari lima hari," ujar dia.
Produk yang diklaim antivirus itu telah dipresentasikan di depan Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru.
Dia meminta agar gula tersebut diuji melalui penelitian yang lebih mendalam sebelum diproduksi massal.
"Tapi, saya yakin ini baik. Apalagi dalam paparan yang dilakukan Prof Faisal disertai uji, sehingga ini sangat meyakinkan. Jika memang tidak ada dampak yang berarti, sebar saja ke masyarakat," kata Herman.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Fadlah Mukhtar Zain, Achmad Faizal, Heru Dahnur, Reni Susanti, Aji YK Putra | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Farid Assifa, Robertus Belarminus, Aprilia Ika, Abba Gabrilin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.