Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/05/2020, 16:06 WIB
Editor Rachmawati

KOMPAS.com - Larangan mudik oleh pemerintah pusat tidak menyurutkan niat warga untuk kembali ke kampung halaman meski sadar akan risikonya.

Seorang pemudik yang tinggal di Jakarta, Budi, bukan nama sebenarnya, bersama istri dan kedua anaknya menggunakan mobil pribadi melintasi jalur tikus untuk dapat pulang kampung ke Jawa Tengah meski pemerintah pusat sudah melarang mudik demi menekan penyebaran wabah virus corona.

"Buat apa kami bertahan di Jakarta? Tidak ada pekerjaan, pemasukan nol, tapi pengeluaran besar. Pusing dan stres di Jakarta sekarang, lebih baik pulang kampung, nyaman, tenteram, tenang, pengeluaran kecil, sayuran tinggal petik," kata Budi kepada BBC News Indonesia, Kamis (30/4/2020).

Baca juga: Kakorlantas Perjelas Ketentuan Pengguna Kendaraan yang Boleh Mudik

Polisi memperingatkan masyarakat agar tidak mencoba mudik dengan jalur tikus karena rawan akan tindak kejahatan dan berpotensi menularkan penyakit virus corona selama di perjalanan.

Pengemudi juga bisa menghadapi risiko terjebak jika dihalau di suatu daerah karena tidak bisa kembali ke daerah asal maupun melanjutkan perjalanan ke daerah tujuan, menurut polisi.

Pengamat transportasi dan kesehatan meminta masyarakat untuk sadar dan mematuhi keputusan larangan mudik karena keberhasilan menekan penyebaran virus corona bukan hanya ada di pundak pemerintah dan aparat keamanan, melainkan juga menjadi tanggung jawab warga.

Baca juga: Mudik Tetap Dilarang, Kemenhub Akan Keluarkan Aturan Turunan

Menelusuri jalur tikus dari Jakarta ke Jawa Tengah

Petugas PT Hutama Karya memberikan ienderamata kepada pengguna tol saat memberikan imbauan agar tidak mudik di ruas gerbang tol Medan-Binjai, Sumatera Utara, Kamis (30/4). Pihak kepolisian bersama operator tol PT Hutama Karya mengimbau kepada masyarakat pengguna jalan tol untuk tidak mudik guna memutus rantai penyebaran Covid-19. SEPTIANDA PERDANA/Antara Petugas PT Hutama Karya memberikan ienderamata kepada pengguna tol saat memberikan imbauan agar tidak mudik di ruas gerbang tol Medan-Binjai, Sumatera Utara, Kamis (30/4). Pihak kepolisian bersama operator tol PT Hutama Karya mengimbau kepada masyarakat pengguna jalan tol untuk tidak mudik guna memutus rantai penyebaran Covid-19.
Dua hari setelah larangan mudik diberlakukan, tepatnya pada Minggu, 26 April lalu, Budi, bukan nama sebenarnya, bersama istri dan dua anaknya berangkat dari rumah di daerah selatan Jakarta sekitar pukul 19.00 WIB.

Ia merencanakan berangkat malam agar peluang untuk lolos dari penjagaan lebih besar.

Dari Jakarta, Budi memacu mobil pribadinya melalui jalur tol hingga tiba di pos pemeriksaan Cikarang.

Mobil Budi diperiksa, dan ditanya tentang tujuan oleh petugas dan alasan keluar dari wilayah Jabodetabek.

Baca juga: Korlantas Polri: Pemudik Kelabui Petugas dengan Mudik Pakai Truk

Budi menjawab mau mengunjungi saudara yang sakit di Cirebon dan akan keluar di pintu tol Brebes.

Ternyata, ia tidak bisa membuktikan alasannya sehingga ditolak dan harus putar balik.

Budi pun menghubungi temannya yang bekerja di perusahaan jasa transportasi, yang menyarankan keluar pintu tol Bekasi Timur untuk kemudian menggunakan jalur tikus dari Babelan, Karawang, hingga Cirebon.

Baca juga: Fakta Pemudik Nekat Jalan Kaki Belasan Kilometer, Tangan Membiru, Pingsan di Toilet Minimarket

"Pas lewat Babelan, sekitar jam 10 malam itu, ternyata ada penjagaan, namun tidak seketat di Cikarang. Saya ditanya mau ke mana? Saya lobi-lobi, bilang ke Cirebon mau jemput orang tua untuk kembali ke Jakarta karena tidak mungkin naik bus yang sudah tidak beroperasi lagi dan rawan kontaminasi.

"Lalu dicek suhu, disemprot disinfektan semuanya, dan dipersilakan jalan, dan diminta hati-hati karena perjalanan di depan akan sepi dan rawan [kejahatan]."

"Tidak ada saya kasih uang dan tidak ada minta uang [petugasnya]. Mungkin mereka kasihan lihat anak saya dua dan istri tidur," kata Budi.

Baca juga: Berjalan Belasan Kilometer karena Tak Ada Angkutan Umum, Pemudik Pingsan di Minimarket

"Antah-berantah"

Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel (kanan) memperhatikan KTP pengemudi dalam penyekatan pemudik saat meninjau gerbang tol Pejagan, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (29/4)Oky Lukmansyah/Antara Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel (kanan) memperhatikan KTP pengemudi dalam penyekatan pemudik saat meninjau gerbang tol Pejagan, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (29/4)
Setelah lolos, Budi dengan keyakinan dan iman yang kuat memacu mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi hingga tiba di Karawang, lalu masuk jalur tikus lagi dan akhirnya tiba di Semarang.

"Sepi, hanya beberapa mobil dan mungkin penduduk asli. Saya tidak tahu di mana, ikuti jalan saja, gelap sekali jalannya, dan tengah malam pula. Saya tanya-tanya orang-orang yang nongkrong mau ke sini lewat mana, ya seperti negeri antah-berantah."

"Saya baru tahu ada di mana itu waktu tiba di Semarang, sekitar jam 2-3 malam. Nah, di Semarang saya kena lagi, pelat mobil Jakarta pula. Untung saya tahu jalan saat ditanya karena keluarga istri saya tinggal di Banyumanik. Saya bilang mau pulang ke rumah di Banyumanik, dan saya lolos. Sulit kalau tidak tahu daerah dan tidak bisa lobi, akan ketahuan," ungkap Budi.

Baca juga: Pemudik Terus Berdatangan ke Pelabuhan Merak, 904 Kendaraan Dipaksa Putar Balik

Setelah lolos, Budi kembali memacu mobilnya menggunakan jalur desa yang sepi melewati Magelang, Yogyakarta, dan tiba ke kampung halamannya di suatu daerah di Jawa Tengah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Cerita di Balik Keindahan Nepal Van Java dan Peran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo

Cerita di Balik Keindahan Nepal Van Java dan Peran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo

Regional
Bupati Wonogiri: Pancasila Jadi Filter agar Bangsa Tidak Alami Disorientasi

Bupati Wonogiri: Pancasila Jadi Filter agar Bangsa Tidak Alami Disorientasi

Regional
Sebelas Serigala Berbulu Domba!

Sebelas Serigala Berbulu Domba!

Regional
Jadi Pembicara BOSF, Kang Emil Ajak Generasi Muda Perkuat Semangat untuk Bawa Perubahan

Jadi Pembicara BOSF, Kang Emil Ajak Generasi Muda Perkuat Semangat untuk Bawa Perubahan

Regional
Manfaat Program Sekoper Cinta Telah Dirasakan Banyak Perempuan di Jabar

Manfaat Program Sekoper Cinta Telah Dirasakan Banyak Perempuan di Jabar

Regional
Genjot Sektor Pertanian hingga Kesehatan, Pemerintah Ingin Masyarakat Rasakan Manfaat Pembangunan di Sumsel

Genjot Sektor Pertanian hingga Kesehatan, Pemerintah Ingin Masyarakat Rasakan Manfaat Pembangunan di Sumsel

Regional
Gubernur Kaltara Terima Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbud Ristek

Gubernur Kaltara Terima Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbud Ristek

Regional
Jangan Lupakan Mereka yang Mengalami Musibah

Jangan Lupakan Mereka yang Mengalami Musibah

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 7 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Semua Milik Rakyat

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 7 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Semua Milik Rakyat

Regional
Dampingi Pangdam Jaya, Walkot Benyamin Resmikan Dua Koramil Baru di Tangsel

Dampingi Pangdam Jaya, Walkot Benyamin Resmikan Dua Koramil Baru di Tangsel

Regional
Cerita 2 Petani Milenial yang Sukses Raup Omzet Fantastis dari Berjualan Sayur hingga Kopi

Cerita 2 Petani Milenial yang Sukses Raup Omzet Fantastis dari Berjualan Sayur hingga Kopi

Regional
Wisuda 4.095 Petani Milenial, Kang Emil Ingin Ada Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Berkelanjutan

Wisuda 4.095 Petani Milenial, Kang Emil Ingin Ada Tenaga Kerja di Sektor Pertanian Berkelanjutan

Regional
Rasio Ketergantungan Penduduk di Kota Metro Capai 42,32 Persen, Siap Menuju Metro Emas 2037

Rasio Ketergantungan Penduduk di Kota Metro Capai 42,32 Persen, Siap Menuju Metro Emas 2037

Regional
Herman Deru Minta Semua Pihak Dukung Program Sosial dan Pemberdayaan bagi Lansia

Herman Deru Minta Semua Pihak Dukung Program Sosial dan Pemberdayaan bagi Lansia

Regional
Reformasi Birokrasi Jekek di Wonogiri Berhasil, Ketua Komisi III DPR: Sosok Berkelas

Reformasi Birokrasi Jekek di Wonogiri Berhasil, Ketua Komisi III DPR: Sosok Berkelas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com