Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir dan Letusan Gunung Berapi, Ancaman Nyata Indonesia di Tengah Wabah Corona

Kompas.com - 01/05/2020, 08:18 WIB
Rachmawati

Editor

Ketiga gunung itu adalah Gunung Agung-Bali, Gunung Karangetang-Sulawesi Utara, dan Gunung Sinabung-Sumatera Utara.

Sementara 10 gunung api lainnya berstatus waspada (level II) di antaranya terletak di provinsi-provinsi yang termasuk dalam lima besar kasus positif virus corona terbanyak.

Baca juga: Mengapa Kita Tidak Boleh Mendekat ketika Awan Panas Menyembur dari Gunung Api?

Misalnya, Gunung Semeru dan Bromo di Jawa Timur, Gunung Merapi di Jawa Tengah dan DIY dan Gunung Slamet di Jawa Tengah.

Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga 10 April 2020, terdapat lebih dari 1.000 kejadian bencana. Bencana hidrometeorologi seperti banjir, puting beliung, dan tanah longsor disebut masih tetap dominan. Kejadian lain yang jumlahnya tinggi yaitu kebakaran hutan dan lahan.

Baca juga: Pasien Corona di Kabupaten Bogor Bertambah, Terbanyak di Gunung Putri

"Ibarat jatuh tertimpa tangga"

BBC Indonesia bertanya pada warga di sekitar kaki Gunung Sinabung, Sumatera Utara yang berada pada level III (siaga) mengenai situasi yang mereka hadapi.

Pelin Sembiring, mengalami beberapa kali erupsi dan awan panas Gunung Sinabung sejak tahun 2016.

Pelin mengatakan, masyarakat di kaki Sinabung "ibarat jatuh tertimpa tangga" karena penanggulangan bencana erupsi belum selesai, sudah terjadi lagi bencana wabah virus corona.

Ia menjelaskan, masyarakat mengeluh karena hasil pertanian mereka tidak laku karena wabah virus corona.

Baca juga: 4 Fakta Lahar Dingin Gunung Sinabung, Terjang 3 Desa hingga Warga Sempat Terseret

Masyarakat juga tidak bisa berdagang dan bekerja karena perintah diam di rumah; sementara bantuan sosial belum optimal tersalurkan ke masyarakat, kata Pelin.

Selain itu, Pelin mengatakan masyarakat kesulitan untuk membeli masker.

"Di manapun untuk tempat pembelian, kita tidak dapat. Ke toko kita cari pun maskernya tidak ada. Dan juga di apotek-apotek sulit untuk dicari," tutur Pelin.

"Walaupun ada masker itu datang entah dari mana dibawa ke apotek dan toko, itu cepat habis. Jadi masyarakat di sini lebih banyak tidak pakai masker daripada pakai masker."

Baca juga: Lahar Dingin Gunung Sinabung Disebabkan Curah Hujan Tinggi

Sulit jaga jarak di tengah banjir

Kepala BPBD Rejang Lebong Budianto mengaku sulit menjaga protokol Covid-19 saat menanggulangi bencana banjir di daerahnya baru-baru ini. M. Ali Kepala BPBD Rejang Lebong Budianto mengaku sulit menjaga protokol Covid-19 saat menanggulangi bencana banjir di daerahnya baru-baru ini.
Sementara pengalaman menjalankan protokol Covid-19 di saat bencana dirasakan Kepala BPBD Rejang Lebong Budianto.

Kabupaten di Provinsi Bengkulu itu baru-baru ini dilanda banjir dan tanah longsor yang merusak ratusan rumah warga dan menyebabkan kerugian kira-kira Rp1,5 miliar.

Budianto mengaku kesulitan membuat masyarakat tetap menjaga jarak di saat bencana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com