Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir dan Letusan Gunung Berapi, Ancaman Nyata Indonesia di Tengah Wabah Corona

Kompas.com - 01/05/2020, 08:18 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pengamat kebencanaan mengatakan pemerintah perlu memikirkan langkah-langkah untuk mengantisipasi bencana alam di saat pandemi virus corona, karena ancaman bencana alam masih mengintai berbagai daerah di Indonesia.

Widjo Kongko, pakar tsunami dan peneliti senior Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengatakan bila terjadi bencana alam berbarengan dengan wabah "ini jadi sesuatu yang betul-betul berat".

Pernyataan Widjo beralasan karena hingga 30 April, misalnya, terdata 13 gunung api dalam status aktif dan sebagian terletak di provinsi-provinsi yang merupakan zona merah penularan virus corona.

Baca juga: Hujan Deras, Kawasan Kemang Kembali Banjir

Terdata pula lebih dari 1.000 kejadian bencana masih terjadi hingga awal April.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pihaknya 'pasti akan memberlakukan protokol Covid-19 dalam penanganan bencana'.

Namun kenyataan di lapangan membuktikan pemberlakuan protokol Covid-19 tak semudah itu. Masker saja 'masih sulit' didapatkan warga di sekitar kaki gunung berapi yang tengah aktif.

Pakar kebencanaan berpendapat perlu ada 'modifikasi protokol dan strategi yang lebih tinggi intensitasnya'.

Baca juga: Proses Meletusnya Gunung Berapi

Evaluasi kapasitas tempat pengungsian

Warga menggunakan perahu buatannya untuk menyusuri jalan perkampungan yang tergenang banjir luapan air Sungai Ciliwung di Cawang, Jakarta, Kamis (20/02). ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA Warga menggunakan perahu buatannya untuk menyusuri jalan perkampungan yang tergenang banjir luapan air Sungai Ciliwung di Cawang, Jakarta, Kamis (20/02).
Widjo Kongko pakar tsunami dan peneliti senior BPPT meminta BPBD mengevaluasi kapasitas tempat pengungsian bila diperlukan evakuasi.

Dengan adanya keharusan menjaga jarak alias social distancing demi mencegah penyebaran virus corona, ruang yang dibutuhkan menjadi lebih besar sehingga kapasitas saat ini perlu ditambah.

"Yang tadinya kapasitasnya misal 10.000 manusia di situ, mungkin sepertiganya saja bahkan mungkin kurang. Dari sini yang harus dihitung ulang," ujarnya.

Baca juga: Hingga April 2020, Banjir Jadi Bencana yang Paling Sering Terjadi

Ia menambahkan, seandainya terjadi bencana dan masyarakat harus dievakuasi, di tempat pengungsian perlu dilakukan pemisahan orang-orang yang berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

Widjo mengatakan BPBD harus menyusun rencana kontingensi itu mulai dari sekarang.

"Jek jek kalau orang Jawa bilang. Kalau-kalau. Kita enggak tahu, kalau-kalau ini masih dalam tahap Covid atau PSBB ini tiba-tiba ada gempa kan," tuturnya.

Baca juga: Korban Banjir yang Gugat Pemprov DKI Wajib Buat Notifikasi jika Mundur sebagai Penggugat

Bencana di tengah pandemi Covid-19

Erupsi Gunung Merapi terlihat dari Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/4) MOHAMMAD AYUDHA/Antara Erupsi Gunung Merapi terlihat dari Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/4)
Dalam data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi (PVMBG) pada 30 April 2020 ada 13 gunung berapi di Indonesia yang tengah aktif.

Tiga gunung berapi di antaranya berada di level siaga (level III) yang mensyaratkan warga siap menggunakan masker bila sewaktu-waktu ada hujan abu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com