REMBANG, KOMPAS.com - Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu pahlawan wanita yang berani menggerakkan perubahan dan memperjuangkan emansipasi wanita.
Sejatinya, kiprah Kartini tak bisa lepas dari sosok Ibu kandungnya, Ngasirah.
Pengamat Sejarah Edy Tegoeh Joelijanto (50) yang pernah mengenyam pendidikan di UKDW Yogyakarta dan Universitas Putra Bangsa Surabaya, mengatakan, ibundanya itu bukanlah keturunan darah biru.
Ngasirah merupakan anak seorang kiai di Telukawur, Kabupaten Jepara, Jateng.
Kasta Ngasirah merosot setelah Sosrongingrat diangkat menjadi Bupati Jepara yang berpoligami dengan keturunan bangsawan Madura, Raden Ajeng Moerjam.
Baca juga: Sepenggal Cerita Nining, Kartini Masa Kini yang Jadi Garda Depan Melawan Covid-19
Justru Moerjam lah yang otomatis menjadi Raden Ayu Bupati Jepara, bukan Ngasirah yang telah melahirkan delapan anak.
Ngasirah pun berstatus selir dan harus memanggil anak-anaknya sendiri dengan sebutan "ndoro" atau majikan.
Dan putra-putri Ngasirah diharuskan memanggil Ngasirah dengan sebutan "Yu" atau panggilan untuk perempuan abdi dalem.
Sebagai selir, Ngasirah pun tidak berhak tinggal di rumah utama Kabupaten melainkan tinggal di bagian belakang Pendapa.
Meski demikian, Kartini lebih sering memilih tinggal dengan Ngasirah dan menolak memanggilnya "Yu".
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.