Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Serunya Ramadhan di Kelas Multikultural Pangandaran

Kompas.com - 29/04/2020, 09:19 WIB
Reni Susanti,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com - Syamsiar dan Marice Robeka Yesnath tertawa riang.

Sambil bercanda dan mengobrol, mereka memanen terong di kebun sekolah.

Rencananya, terong yang mereka tanam tersebut akan digunakan untuk berbuka puasa. Walau Marice tidak berpuasa, ia membantu Syamsiar menyiapkan kebutuhan berbuka.

Syamsiar merupakan Muslim dari Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Sedangkan Marice beragama Kristen Protestan dari Kwor, Kabupaten Tambraw, Papua Barat.

Baca juga: Pengalaman Kuliah Online, yang Bikin Lucu hingga Cerita di Balik Layar

Mereka mendapat beasiswa dari SMK Bakti Karya Parigi di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kelas Multikultural Pangandaran.

Setidaknya ada perwakilan dari 25 suku di seluruh Indonesia yang belajar di sini.

Berbagai latar belakang, budaya, suku, maupun agama menjadi kekayaan tersendiri.

Di sini pula mereka belajar tenggang rasa, budaya peduli satu dengan yang lainnya, hingga memiliki imun toleransi yang kuat, khususnya saat momen Ramadhan kali ini.

Pendiri Kelas Multikultural Pangandaran Ai Nurhidayat mengatakan, siswa luar daerah yang tinggal di asrama ada 50 orang.

Sebagian siswa pulang, sisanya ada 22 orang yang tinggal di asrama. Ini seiring dengan kebijakan pemerintah belajar dari rumah untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

“Siswa yang tidak puasa ada 13 orang, mereka biasanya menyesuaikan diri makan saat sahur dan berbuka,” ujar Ai saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Baca juga: Kisah Guru Berkeliling 6 Kampung, Bantu Murid Belajar di Rumah


Sebagian lainnya tetap makan siang, namun di tempat tertutup.

Sejak awal, pihak sekolah tidak pernah membuat larangan soal makan siang hari.

Siswa sudah otomatis memiliki sikap saling menghargai.

“Kalaupun ada yang makan, siswa Muslim juga biasa saja, enggak ngaruh. Mereka sudah terbiasa hidup saling menghargai,” tutur Ai.

Ai mengungkapkan, aktivitas siswa yang tinggal di asrama saat Ramadhan berjalan seperti biasanya.

Mereka belajar di asrama, berkebun, membuat kerajinan, belajar mendesain, masak, membantu warga dan hal lainnya.

Hal ini pun menyelamatkan keuangan asrama. Sebab saat ini donator dan sponsor banyak yang menunda berdonasi.

Untungnya ada bantuan dari warga Kampung Nusantara.

Mereka biasanya mengajak siswa untuk membantu pekerjaan mereka. Ada pula yang bersedekah dengan mengajak makan siswa.

“Kami sudah terbiasa berhubungan dengan warga sejak 2016,” tuturnya.

Berbaur dengan lingkungan

Saat Kompas.com ke SMK Bakti Karya Parigi dan Kampung Nusantara 2019 lalu, warga dan siswa berbagai daerah begitu guyub.

Asrama mereka berada di tengah-tengah Kampung Nusantara. Jika ada warga yang membutuhkan bantuan, para siswa ini dengan sigap membantu.

Antara warga dan siswa pun mempelajari budaya masing-masing, termasuk bahasa daerah.

Bahkan ada beberapa siswa yang sudah dianggap anak ataupun cucu oleh warga sekitar.

Para siswa ini mendapatkan beasiswa penuh untuk belajar di SMK Bakti Parigi selama 3 tahun.

Setelah lulus, ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi di Pulau Jawa, ada pula yang pulang ke daerahnya masing-masing.

Salah satu siswa, Ari Wayangkau mengaku belajar banyak tentang toleransi dan budaya di Sekolah Multikultural.

Setiap hari mereka berbaur dengan teman-teman berbeda suku.

Menurut Ari, perselisihan pasti ada. Jangankan dengan beda suku, menurut Ari, dengan sesama suku juga perselisihan selalu ada.

“Tapi lama kelamaan kami bisa beradaptasi dan memahami. Kenapa orang Jawa disebut lebay misalnya, atau orang timur emosian. Ternyata bukan seperti yang dianggap orang-orang,” tutur Ari.

Bahkan saat konflik di Papua pecah beberapa waktu lalu, warga Papua ini memilih tinggal di asrama, karena mereka percaya orang Jabar baik dan itu terbukti.

Toleransi yang sudah terbentuk setiap hari membuat saat Ramadhan seperti ini bukan sesuatu yang sulit bagi semua untuk beradaptasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com