Dinding bawahnya tembok, sedangkan dinding atas terbuat dari bilik bambu.
"Hampir semua sama, rumahnya semi permanen," ujarnya.
Sementara itu, kata Yayah, proses belajar kepada siswa yang rumahnya berada di kota kecamatan tidak menemui kendala.
Materi pelajaran disampaikan melalui grup WhatsApp.
"Kita ada grup-grup di media sosial," katanya.
Di bulan Ramadhan ini, kata Yayah, anak didiknya ditugaskan untuk belajar keagamaan. Mereka diminta membaca Al Quran dan menghapal surat-surat pendek.
Yayah tak lupa berdoa kepada Allah SWT supaya pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Dia mengaku kasihan kepada anak didiknya yang enggak bisa belajar secara normal.
"Mudah-mudahan cepat beres pandeminya. Sudah kangen kepada anak-anak dan suasana sekolah," ujar Yayah.
Sedangkan Eem Maesaroh mengatakan, perjuangan ia dan rekannya ini dilakukan supaya siswanya tetap bisa belajar meski berada di rumah.
Baca juga: Demi Murid, Guru Ujang Keliling 6 Kampung untuk Bantu Belajar di Rumah, Ini Kisahnya
Eem berharap, siswanya cerdas dan pintar sehingga ilmu yang diberikan bisa bermanfaat kelak saat siswanya sudah dewasa.
"Mudah-mudahan bisa berguna untuk bangsa dan agama. Kami juga harap semoga pandemi ini segera selesai, supaya kami semua bisa kembali belajar di sekolah," kata Eem.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.