Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babad Tawangalun, Saat Using hingga Bali Duduk Bersama Membaca Sejarah Banyuwangi di Masa Lalu

Kompas.com - 28/04/2020, 04:05 WIB
Rachmawati

Editor

"Kita harus belajar dari babad ini. Bali dan Banyuwangi tak bisa dipisahkan. Kita bersaudara sangat dekat. Bali juga tidak bisa dilepaskan dengan sejarah Blambangan," kata Wayan.

Di dalam Babad Tawangalun, menurut Wayan, diceritakan Cokorda Klungkung dan Dewa Agung Manguwi dari Bali mengirim utusannya ke Kerajaan Blambang setelah Kanjeng Sunan Tawangalun meninggal. Kedatangan utusan dari Bali untuk menyatukan para putra dan kerabat Macanputih yang sempat berebut tahta setelah Tawangalun meninggal.

Baca juga: Pecahan Struktur Bata Kuno Ditemukan di Dekat Petirtaan Kuno Jombang

“Di Babad Tawangalun itu diceritakan jelas tentang hubungan Bali dan Blambangan. Jadi sebenarnya banyak pelajaran yang bisa kita petik dari babad ini,” jelas Wayan,

Hal senada juga diceritakan oleh Welly Abdur Ridho. Pemuda 22 tahun keturunan Madura yang lahir di Banyuwangi menemani sang kakek, Saniman (72) untuk datang di acara pembacaan tembang lintas budaya.

Dari sang kakek, Welly belajar mamaca tembang cara Madura sejak duduk di bangku SMP. Welly yang beragama Islam juga ikut pertemuan untuk mamaca bersama para pelantun lainnya.

Baca juga: Kereta Wisata Baru di Solo, Lokomotif Uap Kuno Berusia Hampir 1 Abad

Ia mengaku ada perbedaan mendasar dari bacaan tembang antara Madura, Using, Bali, dan Jawa Mataraman.

"Kalau cara Madura disebut pupuh artatik dan di Jawa Mataraman disebut Dandanggulo. Kalau di Using tidak ada pupuh artatik. Menarik. Saya banyak pelajaran baru," kata mahasiswa tingkat akhir itu.

Namun yang membuat ia bangga bisa bergabung dalam acara tersebut adalah ia masih bisa menggunakan identitasnya budayanya sebagai keturunan Madura.

"Kan di Banyuwangi ada yang bilang Madura itu pendatang. Padahal saya lahir di sini tapi memang keturunan Madura. Rasanya senang bisa gabung dan baca Babad Tawangalun bersama-sama dengan teman dari suku lain. Ini toleransi. Di Banyuwangi ada berbagai macam suku yang hidup bersama-sama dengan saling menghormati" kata Willy.

Baca juga: Digitalisasi Naskah Kuno, Filolog Perlu Terlibat Aktif

Seperti kakeknya, Willy juga menggunakan pakaian khas Madura di acara tersebut.

Walaupun usianya masih muda, Welly mengaku tak malu ikut kegiatan pembacaan Babad Tawangalun yang didominasi orang tua.

"Ini kan seni olah suara. Kalau bukan kita ya siapa lagi. Ada juga kawan-kawan komunitas mocoan lontar milenial yang ikut gabung. Ada kok anak-anak muda yang peduli dengan naskah kuno," katanya.

Selama membaca Babad Tawangalun, Willy mengaku berusaha memahami sejarah yang diceritakan. Ia tidak kesulitan karena di buku Babad Tawangalun - Wiracarita Pangeran Blambangan dalam Untaian Tembang terdapat terjemahan Babad Tawangalun dalam bahasa Indonesia.

Alih bahasa naskah dilakukan untuk memahami isi naskah kuno tersebut.

Baca juga: Agar Naskah Kuno Lestari, Paradigma Perpustakaan Harus Bertransformasi

Mengenal Babad Tawangalun

 Wiwin Indiarti, penyusun buku Babad Tawangalun - Wiracarita Pangeran Blambangan dalam Untaian Tembang  mengatakan Banyuwangi adalah tempat pertemuan banyak etnis di masa lalu. Sehingga tidak seharusnya masyarakat terpolarisasi karena perbedaan termasuk urusan pilihan politik.Dokumen Wiwin Indiarti Wiwin Indiarti, penyusun buku Babad Tawangalun - Wiracarita Pangeran Blambangan dalam Untaian Tembang mengatakan Banyuwangi adalah tempat pertemuan banyak etnis di masa lalu. Sehingga tidak seharusnya masyarakat terpolarisasi karena perbedaan termasuk urusan pilihan politik.
Babad Tawangalun adalah naskah yang berbentuk tembang, puisi tradisional yang terikat dengan matra atau aturan tertentu.

Dalam Babad Tawangalun diceritakan tentang nenek moyang keluarga raja-raja Blambangan yang bermula dari para pangeran Kedhawung di abad ke- 17.

Silsilah raja Blambangan yang diceritakan dalam Babad Tawangalun ini mencakup rentang waktu lebih dari dua abad.

Wiwin Indiarti, penyusun buku Babad Tawangalun - Wiracarita Pangeran Blambangan dalam Untaian Tembang mengatakan sebagai karya anonim, naskah babad Tawangalun ini memiliki beragam versi salinannya baik dalam bentuk macapat (puisi) maupun gancaran (prosa).

Baca juga: Gelar Budaya Babad Dieng Jadi Agenda Wisata

Beragam versi atau salinan naskah Babad Tawangalun berbentuk tembang macapat yang ditemukan hingga saat ini. Naskah induk babad ini ditulis dalam dua versi yakni yang beraksara Jawa dan Arab pegon.

Blambangan sendiri adalah sebuah kerajaan di ujung timur Pulau Jawa yang telah berdiri pada paruh abad ke-1. Kerajaan Blambangan bertahan hingga kira-kira dua abad lamanya sebagai kerajaan Hindu terakhir di Jawa.

Di naskah Babad Tawangalun ragam tembang (macapat) berisi kisah pasang surut para pangeran Blambangan yang merangkum segala kisah intrik perebutan kekuasaan, gilang gemilang kejayaan hingga senjakala keruntuhannya.

Baca juga: Naskah Kuno Ulama Indonesia Berusia Ratusan Tahun Rawan Diperdagangkan

Sebanyak 120 kostum megah yang terinspirasi kejayaan Kerajaan Blambangan, cikal bakal Kabupaten Banyuwangi tampil memukau penonton saat BEC 2019dok Pemkab Banyuwangi Sebanyak 120 kostum megah yang terinspirasi kejayaan Kerajaan Blambangan, cikal bakal Kabupaten Banyuwangi tampil memukau penonton saat BEC 2019
Hal tersebut membuat wilayah Blambangan tak bisa lepas dari konflik dan penguasaan kerajaan yang muncul kemudian seperti Demak, Pasuruan, Mataram, dan Bali.

Termasuk aliansi Mataram-VOC-Madura yang menghentikan perlawanan Pangeran Blambangan Wong Agung Wilis yang diteruskan Pangeran Jogopati hingga kemudian Blambangan beralih nama menjadi Banyuwangi. Orang-orang keturunan Blambangan itu yang saat ini disebut dengan wong Using.

Puisi tradisional di Banyuwangi disebut sebagai pupuh dan hanya mengenal guru lagu atau disebut dangding.

Baca juga: Pertama Kalinya, Naskah Kuno Keraton Yogyakarta Dipamerkan ke Publik

Sedangkan bentuk puisi tradisional di Jawa dikenal dengan nama tembang macapat dengan aturan tertentu dalam jumlah guru lagu dan guru wilangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com