Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tim Evakuasi Pasien Corona, Diusir, Tak Bisa Pulang, hingga Berserah pada Tuhan

Kompas.com - 27/04/2020, 07:15 WIB
Zakarias Demon Daton,
Khairina

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Kisah para petugas evakuasi pasien virus corona di Samarinda, Kalimantan Timur, menginspirasi sekaligus menegangkan.

Bagaimana tidak, setiap hari tugas mensterilkan rumah pasien corona, menjemput pasien positif untuk karantina di rumah sakit, dan penguburan jika ada yang meninggal dunia. Dari aktivitas ini risiko penularan sangat tinggi.

Tim ini beranggotakan tujuh orang dibentuk Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda selama Covid-19.

Baca juga: Petugas Evakuasi Dua Kendaraan Terakhir di Lokasi Kecelakaan Tol Purbaleunyi

Empat orang tugasnya evakuasi pasien, dua menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) dan satunya menyuplai hal yang dibutuhkan selama proses itu evakuasi.

Nusa Indah (43), salah satu petugas evakuasi, menceritakan pengalaman pertamanya diusir oleh pemilik rumah salah satu pasien corona saat sedang semprot disinfektan.

“Pasien itu melakukan perjalanan dari wilayah terjangkit. Kami menuju lokasi melakukan semprot cairan disinfektan. Ternyata kami diusir. Pemilik ngamuk-ngamuk rumahnya tidak mau kami semprot. Akhirnya kami pulang,” cerita Nusa kepada Kompas.com di Samarinda, Minggu (27/4/2020).

Selang satu pekan setelah kejadian itu, pasien tersebut dinyatakan positif hasil swab. Awal penjemputan dilakukan tim medis. Setelah itu, timnya melakukan sterilisasi.

“Asli deg degan banget awal masuk rumah pasien positif di Samarinda. Kami saling ingatkan, jangan sampai sentuh apa-apa,” ungkap warga warga RT 6 Kelurahan Sungai Kapi ini.

Sejak itu, evakuasi pasien selanjutnya, tim Nusa dilibatkan dalam penjemputan. Dia bersama tiga rekan lainnya bertugas menggiring pasien dari rumah menuju mobil ambulans.

“Kalau pasien kondisi sakit otomatis kita angkat pakai tandu. Tapi kami alat pelindung diri lengkap. Kami pakai tiga lapis,” jelasnya.

Baju wearpack lapisan pertama, hazmat kedua dan lapisan ketiga jas hujan. Tak ada lubang atau celah apapun, jika ada, ditempel lakban.

“Panasnya minta ampun,” kata dia.

Baca juga: Pemerintah Tunda Evakuasi 717 WNI Jemaah Tabligh di India

Pengalaman sama menghadapi pasien yang mengamuk dan marah terjadi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

Pasien tersebut bahkan memecahkan kaca, dobrak pintu, dan mengancam perawat.

Timnya yang membawanya pulang ke rumah, kemudian dijemput kembali ke RSUD IA Moeis keesokan harinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com