Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Difabel Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Sulit Jaga Jarak Sosial hingga Penghasilan Berkurang

Kompas.com - 24/04/2020, 17:18 WIB
Rachmawati

Editor

"Dengan adanya Covid-19 ini, penghasilan mereka jadi sangat berkurang. Orang takut datang ke tempat pijat karena takut tertular," kata dia.

Hal yang sama juga dialami oleh para difabel di Yogyakarta yang selama ini bekerja di sektor pariwisata dan bekerja sebagai pengendara ojek roda tiga.

Baca juga: Kisah Para Penjahit Difabel di Sleman Dapat Pesanan 800 APD, Dipantau Ketat Dokter dan Hati-hati

"Dampak ekonomi sangat signifikan bagi teman-teman difabel," tegasnya.

Merujuk pada hasil sementara penelitian yang dilakukan lembaganya, 50% difabel di seluruh Indonesia terdampak secara ekonomi selama wabah virus corona berlangsung, karena penghasilannya menjadi berkurang karena semakin berkurangnya order yang mereka terima.

Dampak ekonomi ini dialami langsung oleh Elfiandi Nain, difabel tuli yang juga merupakan suami Dwi Rahayu.

Dia yang sebelumnya berprofesi sebagai pekerja lepas, yakni buruh angkut barang. Namun karena wabah virus corona, dia terpaksa berhenti dari pekerjaannya.

Baca juga: Warga Sleman Buat Masker Transparan Agar Penyandang Bisu Tuli Mudah Komunikasi

"Saya harus bekerja tapi pekerjaannya harus diputus, terbatas. Dari pemerintah mewajibkan untuk ditutup," kata dia.

Sementara, hasil penjualan toko kelontong yang dia kelola bersama istrinya di rumah juga semakin berkurang karena orang-orang semakin cenderung menghindari ke luar rumah.

"Toko kelontong sepi, akhirnya nggak ada yang lewat, nggak ada pembeli," ujar pria yang akrab disapa Andi ini. Dwi Rahayu yang juga berkecimpung dalam Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) mengungkapkan banyak teman-teman tuli lain yang mengalami kemalangan serupa.

"Selama masa karantina ini akhirnya jualan sepi, terus akhirnya menganggur, terus kerjaannya di-PHK, nggak boleh kemana-mana, harus di rumah, akhirnya kesulitan untuk mencari penghasilan," ujar Dwi.

"Makanya kemarin inisiatifnya itu saya bikin masker ini supaya mereka bisa bikin sendiri di rumah, bisa juga dijual," imbuhnya.

Baca juga: Melihat Lebih Dekat Alat Musik Orgel yang Jadi Saksi Bisu GPIB Immanuel

Jaga jarak sosial dan fisik menyulitkan difabel yang bergantung orang lain

Suharto dari Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (Sigab) pun mengungkapkan, wabah virus corona juga membawa dampak sosial bagi para difabel.

Suharto mencontohkan, difabel dengan cacat fisik sangat bergantung oleh orang lain ketika beraktivitas sehari-hari. Akan tetapi, penerapan jaga jarak sosial dan fisik, menyulitkan mereka.

"Misalnya, ada yang membutuhkan untuk didorong kursi rodanya di tempat-tempat yang sulit misalnya. Ada difabel dengan tuna netra yang perlu digandeng, dengan adanya Covid-19 jadi kesulitan karena harus physical distancing," jelas Suharto.

Tapi sayangnya, lanjut Suharto, kendala-kendala yang dihadapi oleh para difabel ini "belum diantisipasi pemerintah".

Baca juga: YLKI: Masalah Masker hingga Perusahaan Leasing Paling Banyak Diadukan

Hingga kini, belum ada jumlah pasti berapa jumlah difabel di seluruh Indonesia. Suharto memperkirakan kini ada sekitar 26 juta difabel di Indonesia.

Merujuk data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, ada sekitar 21,84 juta, atau sekitar 8,56% penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas. Hampir setengah dari jumlah itu adalah penyandang disabilitas ganda.

Menurut Suharto, dengan jumlah yang tak sedikit itu semestinya pemerintah memberi perhatian lebih kepada para difabel, yang dikategorikan kelompok rentan di tengah wabah corona.

Baca juga: Masuk Bandung Tak Pakai Masker, Disuruh Kembali Pulang

"Ketika pemerintah sekarang punya skema-skema bantuan sosial, harus menjadi pertimbangan juga bahwa teman-teman difabel ini sebagian besar kerja di sektor informal sangat terdampak Covid-19. Makanya difabel harus menjadi salah satu yang diprioritaskan untuk mendapat bantuan pemerintah ketika di masa tanggap darurat ini," jelas Suharto.

Dia menambahkan, kendala-kendala yang dihadapi para difabel, membuat mereka menjadi salah satu kelompok rentan di tengah wabah virus corona.

"Mereka rentan terinfeksi karena informasi yang terbatas, mereka rentan secara ekonomi, kemudian kalaupun sekarang tidak miskin, mereka menjadi rentan miskin ketika penghasilan mereka menjadi sangat berkurang," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com