“Menutup pagar itu realitas di sini. Kemarin ada pengantar paket yang tidak boleh masuk rumah karena belum cuci tangan,” imbuh dia.
Suwardi mengaku, sosialisasi tidak mudik saat Lebaran melalui film pendek ternyata cukup efektif memberikan pemahaman kepada lebih dari 350 warga Desa Tegal Arum yang bekerja di sejumlah kota besar, seperti Surabaya, Jakarta, dan bahkan di luar negeri seperti Korea.
Kemudahan jaringan internet membuat ratusan warga Desa Tegal Arum di luar kota dan luar negeri mudah mengakses film pendek tersebut.
Tegal Arum sendiri memiliki 3.441 jiwa penduduk.
“Ada warga sini yang ada di Kalimantan melalui WA mengatakan tidak pulang. Dengan melihat film tersebut, mereka tahu jika mudik akan merepotkan warga,” ucap dia.
Baca juga: 350 Warganya Bekerja di Zona Merah, Desa di Magetan Buat Video Kampanye Dilarang Mudik
Film pendek yang diproduksi oleh relawan tersebut ternyata ada dua seri.
Jika pada seri pertama anak yang mudik Lebaran ditolak oleh bapaknya dan menyuruh anak tersebut ke balai desa untuk menjalani pemeriksaan dan karantina, maka pada seri kedua tersebut menggambarkan si anak menjalani karantina hingga selesai.
"Di seri kedua ini ada pesan dari kepala desa jika nekat mudik, maka warga harus menjalani karantina selama 14 hari. Ini baru selesai syuting tadi,” kata Suwardi.
Melalui film pendek tersebut, Suwardi mengatakan, Desa Tegal Arum menerapkan aturan ketat terhadap tamu dari luar desa ataupun luar kota selama pandemi Covid-19.