Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ART di Semarang Disiksa Majikan, Minum Air Mendidih hingga Luka Sayat di Tangan

Kompas.com - 22/04/2020, 17:30 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Ika Musriati (20) seorang asisten rumah tangga (ART) mengaku telah dianiaya oleh pasangan suami istri di daerah perumahan Semarang Barat.

Ekspresi ketakutan dan trauma masih tersirat dalam benak perempuan mungil itu saat ditemui Kompas.com di rumahnya di daerah Mlatiharjo Timur, Citarum Semarang.

Enam luka sayatan menggunakan cutter karena dipaksa oleh majikannya untuk bunuh diri tampak membekas di pergelangan tangan kirinya.

Selain itu, luka lebam di wajah dan babak belur di seluruh tubuhnya harus ia rasakan lantaran kerap kali mendapat pukulan, tendangan dan siraman air panas dari majikan.

Baca juga: Sembilan Tahun Bekerja sebagai ART, ABA Kerap Disiksa Majikan dan Tak Terima Gaji

Belum habis dia merasakan sakit, dirinya mendapatkan paksaan memakan sebanyak 50 cabai dan menenggak air mendidih hingga pita suaranya rusak dan harus menjalani operasi.

Tak hanya itu, saat kelaparan, ia hanya diberikan makanan yang sudah tak layak seperti nasi basi tanpa lauk pauk.

Ika bercerita, selama dia bekerja sejak bulan Agustus tahun lalu, penganiayaan dari majikannya itu harus ia terima setiap hari tak ada habisnya.

Bahkan, dirinya harus menerima ancaman pembunuhan dari majikannya jika tidak menuruti perintah.

Derita yang dialaminya tak sebanding dengan gaji yang dijanjikan majikan hanya sejumlah Rp 1,6 juta per bulan. Itupun baru diberikan penuh di satu bulan pertama.

Karena tak tahan dengan peringai majikannya, dia sempat berniat kabur dan minta pertolongan tetangga sekitar, namun tidak ada yang peduli.

"Dua bulan awal bekerja majikan masih berlaku baik. Sudah mulai betah, tapi di bulan ketiga mulai berlaku kasar dan mulai disiksa. Setiap hari saya disiksa oleh majikan saya. Pernah akan kabur dan minta tolong tetangga tapi enggak peduli," jelas Ika saat ditemui Kompas.com, Selasa (21/4/2020).

Saat ini, dia mengaku secara psikologis mengalami trauma yang mendalam akibat derita yang menimpanya.

"Saya masih takut dan kebayang kejadian itu. Saya trauma kalau keluar rumah harus ditemani orangtua. Gak bisa pergi jauh dari rumah. Lihat air putih takut karena teringat siksaan," akunya.

Baca juga: Cara Warga Biasa Lawan Corona, Saling Menguatkan hingga Bagi-bagi Vitamin C untuk Satpam dan ART

Ika berujar dirinya baru bisa lolos dari peristiwa itu, manakala majikannya menyeretnya ke Polsek Semarang Barat karena tuduhan mencuri ponsel.

Dia mengaku mengambil ponsel milik majikannya secara diam-diam lantaran berniat ingin menghubungi keluarganya. Ponsel miliknya disita sejak awal dia bekerja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com