Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/04/2020, 11:17 WIB
Heru Dahnur ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Ahmad Alghozi (22) terlihat asyik berbincang dengan sejumlah rekannya di beranda Griya B komplek perkantoran gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (22/4/2020).

Alumni D3 Teknik Informatika, Telkom University ini mencuat namanya setelah mengembangkan aplikasi data bernama fightcovid19.id.

Butuh lima hari untuk menyelesaikan desain pertama aplikasi tersebut.

Untuk itu, Alghozi bekerja siang dan malam bersama sejumlah rekannya.

Baca sebelumnya: Tiba di Bandara, Warga yang Berkunjung ke Babel Harus Pakai Gelang Pemantau Khusus

Awalnya, sedih ada dokter meninggal karena corona

"Niatnya cuma membantu untuk penanggulangan Covid-19 ini. Saya merasa sedih saat pertama kali mendengar ada dokter yang meninggal. Lalu dibuat aplikasi ini supaya sama-sama bisa menanggulangi wabah ini," kata Alghozi saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu.

Aplikasi fightcovid19.id terus disempurnakan. Sehingga bisa menampung ribuan data orang per orangan terkait Covid-19.

Sistem ini bekerja dengan memetakan setiap orang yang bergerak di suatu daerah.

Baca juga: Perbatasan Purbalingga Dijaga Ketat, Pemudik Wajib Pakai Gelang Karet Sebagai Identitas

Seluruh data dihimpun dari petugas pemerintah yang mengawal pintu masuk pelabuhan di darat, laut dan udara. Kemudian data diinput ke dalam sistem.

Penggunaan aplikasi ini didukung gelang penanda yang dipasangkan pada setiap orang yang melintas di pintu masuk.

"Gelang hanya untuk psikologis orang yang memakainya. Mereka harus ingat jika saat ini sedang ada wabah sehingga lakukan isolasi mandiri dan sewaktu-waktu berkoordinasi dengan petugas," ujar Alghozi.

Baca juga: Pemudik yang Pulang Kampung ke Purbalingga Wajib Pakai Gelang Identitas, Lepas Denda Rp 500.000

 

Tidak memikirkan profit, disambut di Bangka Belitung

Menjadi bagian dalam upaya penanggulangan Covid-19, Alghozi mengaku tak memikirkan profit.

Ia dengan tegas mengatakan, tidak ada tujuan profit dalam penggunaan aplikasi yang diklaim satu-satunya di Indonesia itu.

"Memang ada apresiasi. Sebanyak 50 persen (keuntungan) kami salurkan ke Kitabisa.com, dan 50 persen lagi untuk maintenance device," bebernya.

Baca juga: Pemerintah Kaji Pembuatan Aplikasi Rapat Virtual Seperti Zoom

Sulung dari dua bersaudara ini pun mengisahkan sejak awal komitmen untuk misi sosial telah disampaikan pada pemangku kepentingan.

Bermula dari Belitung, fightcovid19.id dikenalkan pada Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie.

Kemudian ditawarkan pada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman.

Bak gayung bersambut, aplikasi kemudian digunakan untuk penanggulangan Covid-19 di Bumi Serumpun Sebalai.

Baca juga: Menkominfo: Aplikasi PeduliLindungi Aman, Data Dihapus Saat Pandemi Covid-19 Berakhir

Rela keluar dari pekerjaan mapan

Alghozi berkeinginan aplikasi bisa digunakan di setiap wilayah di Indonesia.

Namun, Ia tak berkeinginan jika harus mendatangi kepala daerah satu per satu.

Cara lebih sederhana, kata Alghozi adalah melalui pintu pemerintah pusat yang kemudian memandatkan penggunaan aplikasi tersebut untuk setiap daerah.

"Dengan aplikasi ini lebih mudah pemantauan. Sehingga titik-titik yang perlu diwaspadai bisa ditanggulangi," ucapnya.

Kini Alghozi bersama sejumlah rekannya mendirikan perkumpulan RumahAwan yang bertujuan mengelola dan mengembangkan fightcovid19.id.

Demi misi kemanusiaan ini, Alghozi pun harus rela meninggalkan pekerjaannya di salah satu perusahaan teknologi.

Sebab, perlu waktu 24 jam untuk mengawal aplikasi Covid-19 itu.

Baca juga: Buka Donasi, Iluni UI Bikin Aplikasi untuk Permudah Penyaluran APD Tenaga Medis

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com