Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona di Papua, Tenaga Medis: Hanya Merawat dengan Meraba-raba

Kompas.com - 21/04/2020, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

"Kalau mereka tidak merespons dengan baik, kasus itu di bawah sudah berkecamuk, tapi orangnya masih santai," kata Hasmi.

Ia menyarankan wilayah itu tidak bergantung pada PCR, tapi dengan melakukan pemantauan agresif pada Orang Dalam Pemantauan (ODP) bahkan orang yang tak memiliki gejala.

Mereka yang memiliki gejala harus segera dikarantina, baik mandiri maupun di rumah sakit, ujar Hasmi.

Baca juga: Distribusikan APD ke Sulawesi dan Papua, TNI AU Kerahkan Dua Pesawat Boeing

'Infrastruktur kesehatan kami tidak siap'

Sementara, di Provinsi Papua, yang sudah bisa menguji hasil tes Covid-19 di Jayapura, jumlah angka kasus meningkat setiap hari, mencapai lebih dari 100 kasus dengan tujuh kematian (data 19/4/2020).

Setiap harinya laboratorium di Jayapura memeriksa 40-50 spesimen, kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Papua Silwanus Sumule.

Papua sendiri telah menerapkan pembatasan pergerakan, yang disebut Silwanus sebaga Pembatasan Sosial yang Diperluas.

Baca juga: Sakit, Gubernur Papua Lukas Enembe Dirawat di RSPAD Gatot Soebroto

Ia mengatakan kebijakan itu dilakukan karena fasilitas kesehatan di Papua yang tak memadai untuk menghadapi Covid-19.

Papua, provinsi terluas di Indonesia dengan lebih dari 3,4 juta penduduk, hanya memiliki sekitar 75 ventilator di semua rumah sakit yang ada di Papua.

"Pembatasan sosial yang diperluas dilakukan karena kami tidak siap. Infrastruktur kesehatan kami tidak siap melakukan hal ini (menangani lonjakan pasien Covid-19). Sosial budaya kami bisa mempercepat penyebaran," ujarnya.

Baca juga: Distribusikan APD ke Sulawesi dan Papua, TNI AU Kerahkan Dua Pesawat Boeing

Ia merujuk pada kebudayaan warga Papua yang sering berkumpul.

Di daerah-daerah pegunungan yang akses komunikasinya terbatas, perkumpulan-perkumpulan bahkan masih terjadi, ujarnya.

Doktor Hasmi, yang juga pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih mengatakan hal tersebut membuat permodelan Covid-19 di penyebaran di Papua hasilnya "mengerikan".

Baca juga: Bentrok TNI-Polri Tewaskan 3 Polisi di Papua, Danrem 172/PWY: Saya Bertanggung Jawab

Petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh salah satu warga di Arsopura, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, (13/04). Antara foto Petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh salah satu warga di Arsopura, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, (13/04).
Dengan skenario penutupan wilayah seperti di Wuhan, China saja, Hasmi mengatakan, angka penyebaran Covid-19 di Papua bisa mencapai ribuan, dengan puncak di bulan Mei.

Apalagi, tambah Hasmi, gizi sejumlah masyarakat di Papua masih belum baik, yang bisa memperburuk imunitas masyarakat.

"Papua dan Papua Barat kalau bisa ditingkatkan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," ujarnya.

Sebelumnya, Kabupaten Mimika, Papua, juga Kabupaten Fakfak dan Kota Sorong di Papua Barat, telah mengajukan permohonan melaksanakan PSBB kepada Kementerian Kesehatan, tapi ditolak karena dianggap belum memenuhi sejumlah syarat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com