Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona di Papua, Tenaga Medis: Hanya Merawat dengan Meraba-raba

Kompas.com - 21/04/2020, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

Hal itu, katanya, berdampak terhadap penanganan dan kebijakan-kebijakan yang akan diambil pemerintah.

"Kami tidak tahu berapa banyak pasien di luar sana yang sebenarnya sesuai prosedur harus diambil swab-nya," ujar Adhe.

"Yang kami khawatirkan, jika ada pasien-pasien di luar tidak bergejala di luar sana, ini akan berbahaya sekali untuk masyarakat... akhirnya penyebaran akan semakin meluas di Manokwari."

Baca juga: Usulan Anggaran Penanganan Corona di Papua Belum Disetujui Seluruhnya

Jika hal itu terjadi, Adhe mengkhawatirkan adanya outbreak atau ledakan kasus di Papua Barat.

Hingga 19 April, Papua Barat sudah mengirim 81 sampel ke Balitbangkes di Jakarta dan Makassar. Sebanyak 30 hasil tes belum mereka terima.

Merespons hal tersebut, juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan pihaknya telah mengupayakan tes cepat molekuler (TCM), yang selama ini digunakan untuk tuberkulosis atau TBC, untuk mengetes Covid-19.

Dia mengatakan 305 fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia sudah bisa menggunakan alat itu sebagai alternatif tes PCR.

Baca juga: Fakta Gubernur Papua Diterbangkan ke Jakarta karena Sakit, Cek Kesehatan Rutin dan Tes Swab Negatif

"(Sebanyak) 305 (faskes) itu termasuk di Mimika, Merauke, Sorong, Fakfak, Sikka (NTT), Lembata (NTT)," ujarnya.

Meski begitu, Juru bicara Gugus tugas COVID-19 Papua Barat, Arnoldus Tiniap, mengatakan TCM belum bisa dilaksanakan di wilayahnya.

"Sudah ada alatnya tapi perlu di-install dan perlu pemasangan cartridge (untuk pengetesan Covid-19)," ujar Arnoldus.

Sebelumnya, Yurianto mengatakan, Indonesia akan memesan 112.000 cartridge untuk melaksanakan TCM dari Swedia. Namun belum jelas kapan komponen ini tiba.

Baca juga: Komisi X dan Kemenpora Sepakat PON XX di Papua Ditunda

'Hanya ada satu dokter paru-paru'

Petugas kesehatan di RSUD Sorong. Dok. Tumpal Simatupang Petugas kesehatan di RSUD Sorong.
Tenaga medis khawatir jika kasus Covid-19 meluas di Papua Barat, fasilitas kesehatan tidak akan mencukupi.

Dari 14 rumah sakit yang ditunjuk untuk menangani Covid-19 di Papua Barat, hanya ada tujuh ventilator yang aktif, ujar Juru bicara Gugus tugas COVID-19 Papua Barat, Arnoldus Tiniap.

Menurut data BPS, penduduk Papua Barat mencapai sekitar 900.000 orang.

Provinsi itu hanya memiliki satu orang dokter paru-paru, yakni di Teluk Bintuni.

Baca juga: Gubernur Papua Lukas Enembe Pernah Tes Swab 2 Pekan Lalu, Hasilnya Negatif Corona

Papua Barat kini tengah mencoba merekrut lima dokter spesialis, termasuk dua dokter paru-paru, spesialis anastesi, radiologi, dan patologi, seperti diberitakan Antara.

Dokter Tumpal Simatupang, yang berdinas di RSUD Sorong, mengatakan kasus Covid-19 di daerah itu dipegang oleh dokter penyakit dalam juga dokter THT seperti dirinya.

Ia memberi contoh, kapasitas RSUD Sorong, yang merupakan satu dari dua rumah sakit rujukan pemerintah di Papua Barat, hanya bisa menampung 15 pasien.

"Gubernur sudah ambil langkah, sudah direncanakan satu rumah sakit lapangan di sini, untuk mengantisipasi peningkatan pasien," katanya.

Baca juga: Pemprov Papua Buka Suara soal Kabar Sakitnya Gubernur Enembe

'Kasus sudah berkecamuk, tapi orang masih santai'

Pemerintah Kota Sorong mengeluarkan instruksi karantina wilayah dengan melarang keluar masuk penumpang melalui bandara dan pelabuhan. Antara foto Pemerintah Kota Sorong mengeluarkan instruksi karantina wilayah dengan melarang keluar masuk penumpang melalui bandara dan pelabuhan.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Provinsi Papua, Doktor Hasmi, menyarankan pemerintah Provinsi Papua Barat meningkatkan penelusuran kasus Covid-19 di masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com