Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan di Pusaran Pandemi Corona, Bertahan Saat Finansial Keluarga "Lumpuh"

Kompas.com - 21/04/2020, 09:01 WIB
Rachmawati

Editor

Tak bisa IMD

Pandemi corona membuat Nomi Hernawan kehilangan kesempatan memberikan nutrisi terbaik bagi bayi yang baru dilahirkannya.

Ia batal melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), proses memberikan air susu ibu dan juga langkah penting bagi bayi belajar menyusu.

Sesaat setelah dilahirkan, bayi Nomi langsung dibawa ke ruang bayi agar terhindar dari ancaman penularan virus corona. Nomi dan si bayi terpaksa berpisah selama kurang lebih 24 jam.

Sejatinya, bayi berada dekat ibunya di 24 jam pertama kelahirannya, jika tidak ada kendala medis.

Baca juga: Ibu Terinfeksi Virus Corona, Bolehkah Tetap Menyusui Si Kecil?

"Saya sedih. Padahal harapannya, bisa langsung menyusui, bayinya juga bisa disandingkan sama saya di ruangan inap, dan keluarga bisa dampingi di rumah sakit," ujar Nomi Jumat (17/4/2020) pada BBC News Indonesia.

Si bayi yang dilahirkan pukul 08.00 WIB pada Minggu (5/4/2020) itu pun diberi susu formula di awal kehidupannya.

Nomi baru bisa menyusui langsung anaknya sehari setelahnya di sebuah ruangan khusus. Padahal, rumah sakit tempat Nomi melahirkan dikenal sebagai rumah sakit yang pro IMD dan ASI.

Baca juga: Ibu Menyusui yang Positif Covid-19 Tetap Aman Berikan ASI, Ini Panduannya

Awalnya, Nomi membayangkan proses persalinan anak pertamanya bisa berjalan normal seperti sebelum pandemi. Tapi untuk memeriksa kehamilan jelang persalinan saja, Nomi kesulitan.

Nomi mengaku sempat stres dan takut memeriksa kandungannya karena khawatir terpapar Covid-19.

"Jelas (saya) takut. Apalagi saat mau kontrol kehamilan menjelang persalinan. Riskan. Padahal kan harus rutin kontrol. Jadi terbatas dan banyak diundur," ungkap ibu dari seorang bayi perempuan ini.

Ditambah lagi, ini kehamilan pertama Nomi, yang bagi banyak perempuan bisa memberikan tekanan psikis tersendiri.

Baca juga: Tanya Jawab Seputar Covid-19 pada Kehamilan, Melahirkan, dan Menyusui

"Makanya serba khawatir. Pas hamil pertama, pengalaman baru, ditambah lagi pandemi seperti sekarang. Jadi kebawa pikiran. Agak stres di awal-awal," kata Nomi.

Persalinan yang dijalani Nomi juga berbeda dimana dokter dan perawat mengenakan alat perlindungan diri (APD) lengkap, seperti hazmat, masker, dan face shield (penutup muka).

Nomi merasa beruntung masih bisa didampingi suami saat persalinan. Meski, suaminya harus memakai APD.

Baca juga: Dokter: Ibu dengan Gejala Infeksi Virus Corona Tetap Boleh Menyusui

Butuh 'anjuran budaya'

Tata cara dan jam pelayanan kesehatan di Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 mengalami perubahan seperti warga yang akan berobat diarahkan menunggu di luar gedung dengan pemberlakuan Physical Distancing dan jam pelayanan bertambah sampai malam hari pada Puskesmas yang tidak melayani pasien rawat inap.Aswaddy Hamid/Antara Tata cara dan jam pelayanan kesehatan di Puskesmas pada masa pandemi COVID-19 mengalami perubahan seperti warga yang akan berobat diarahkan menunggu di luar gedung dengan pemberlakuan Physical Distancing dan jam pelayanan bertambah sampai malam hari pada Puskesmas yang tidak melayani pasien rawat inap.
Dampak ketimpangan gender di tengah pandemi tidak hanya dialami oleh para wanita di Indonesia.

Sebelumnya, Maria Holtsberg, penasihat risiko bidang kemanusiaan dan bencana di UN Women Asia dan Pacific, mengungkap dampak terhadap perempuan yang tidak proporsional.

"Krisis selalu memperburuk ketimpangan gender," kata Holtsberg.

Komisioner Komnas Perempuan Mariana Amiruddin mengatakan pemerintah semestinya memberi perhatian yang lebih besar terhadap isu tersebut, terutama peran perempuan selama ada kebijakan masif untuk tetap di rumah.

Baca juga: Dalam Keadaan Serba Darurat, Bidan Ini Menolong Wanita yang Melahirkan di Truk

"Solusinya sebetulnya selain anjuran kesehatan soal situasi Covid, seharusnya juga ada anjuran tentang budaya. Budaya itu maksudnya bagaimana setiap keluarga itu dalam situasi pandemi ini bisa membagi tugas dan bekerja sama untuk mengelola kehidupan yang harus di rumah."

"Jadi kan selama ini pemerintah kan hanya membicarakan untuk kesehatan - cuci tangan, tetap di rumah, dan sebagai macam. Tapi, hal-hal yang sifatnya sosial budaya itu tidak terjamah, tidak tersentuh padahal problem paling banyak itu justru persoalan sosial budaya, termasuk soal ekonomi," kata Mariana

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com