Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lestarikan Tradisi di Tengah Pandemi Covid-19, Desa Bandungrejo Gelar "Nyadran"

Kompas.com - 20/04/2020, 19:40 WIB
Maria Arimbi Haryas Prabawanti,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

MAGELANG-KOMPAS.com - Pagi itu, Rabu (08/04/2020) Sulistyo terlihat membawa tenong atau wadah menyerupai keranjang bambu lengkap dengan isinya.

Tenong yang berisi ingkung atau ayam utuh dibumbu kuning, srundeng, mi kering, wajik serta aneka jajan pasar lainnya ini Sulistyo jajar rapih di depan rumahnya, di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

“Ini yang masak ibu. Biasanya sama tetangga-tetangga yang perempuan, tapi karena dilarang berkumpul, jadi masaknya sendiri-sendiri di rumah masing-masing,” kata Sulistyo kepada Kompas.com, Jumat (10/04/2020)

Pria berusia 27 tahun ini mengatakan, tenong yang sudah ditata kemudian didoakan dengan tata adat Islam-Jawa.

Baca juga: Corona, PKL di Kota Magelang Boleh Buka, tetapi Tak Pakai Meja Kursi

Sulistyo yang karib disapa Sulis ini mengatakan, prosesi pembacaan doa selanjutnya dipimpin sesepuh desa, pemuka agama di daerah setempat.

“Selepas ditata, didoakan. Yang mimpin nanti pak Taryono. Doa yang dibaca yasin, tahlil, serta surat-surat alquran lainnya,” kata Sulistyo.

Apa yang Sulisto lakukan itu adalah tradisi Nyadran. Tujuan mengadakan tradisi Nyadran adalah untuk mengirim doa kepada leluhur, agar masyarakat yang masih hidup senantiasa diberi kehidupan yang gemah ripah loh jinawi.

“Ujub doanya ya biar anak cucunya dijauhkan dari mara bahaya, pagebluk (wabah), dan tanah yang ditinggali selalu subur makmur,” kata Sulis.

Baca juga: Kota Magelang Perpanjang Masa Belajar di Rumah hingga 30 April 2020

Bukan hanya Sulistyo, tradisi Nyadran juga dilakukan 25 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di Desa Bandungrejo.

Kata nyadran sendiri berasal dari bahasa sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan dan sudah dilakukan secara temurun sejak puluhan tahun silam.

Namun karena adanya wabah Covid-19, kegiatan nyadran kali ini dilakukan di teras rumah masing-masing dengan protokol kesehatan. Desa pun dijaga ketat oleh aparat setempat.

Penjagaan ini dilakukan untuk mengantisipasi agar tamu atau penduduk dari luar daerah tidak masuk ke Desa Bandungrejo.

“Dijaga banser dan tantara selama acara, jadi warga yang keluar masuk tetap diawasi,” kata Priyo, salah satu warga Desa Bandungrejo.

Baca juga: Desa di Magelang Bangun Bilik Karantina Dilengkapi Wifi untuk Pemudik

Jika dalam kondisi normal, Nyadran biasanya diadakan di makam setempat dan dilakukan prosesi makan bersama.

“Kali ini karena dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerumunan, maka acaranya diadakan di rumah masing-masing,” kata Eko (47), warga di Desa Bandungrejo.

Meski diselenggarakan dengan tata cara yang berbeda dan tidak semeriah biasanya, acara Nyadran tetap terlaksana dengan kondusif dan lancar .

Masyarakat berharap dengan tetap diadakannya prosesi Nyadran dapat menjadi sarana untuk mendoakan keadaan bumi agar segera terbebas dari pandemi Covid-19.

“Ya harapannya pasti keadaanya bisa normal lagi, ramai lagi, kumpul-kumpul lagi,” kata Priyo yang juga warga Desa, Bandungrejo.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com