Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita Seputar Pasien Corona, Dibantu Istri Kabur hingga Mengamuk Minta Pulang

Kompas.com - 20/04/2020, 16:30 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - N (52), seorang pasien ruang isolasi corona di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Inche Abdoel Moeis, Samarinda, Kalimantan Timur, mengamuk dan minta pulang, Minggu (19/4/2020).

Sebelumnya, pasien dari klaster Ijtima Ulama Dunia Gowa tersebut juga sempat mengamuk dan memecahkan kaca ruang isolasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS), pada Jumat (11/4/2020).

Sementara itu, seorang istri nekat membantu suaminya yang berstatus PDP corona, kabur dari ruang isolasi di RSI Harapan Anda, Kota Tegal, Jawa Tengah.

Pasien yang kabur bersama istrinya itu diketahui baru saja pulang dari Jakarta. Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (18/4/2020) sekitar pukul 21.00 WIB.

Berikut ini kisah lengkapnya:

1. Aksi istri bawa kabur suami terekam CCTV

Ilustrasi CCTV.SHUTTERSTOCK Ilustrasi CCTV.

Aksi seorang istri yang membantu suaminya kabur dari ruang isolasi sempat terekam dalam kamera CCTV rumah sakit.

Setelah dilacak ke rumah pasien, di Desa Berkat, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, petugas tidak menemukan keduanya.

Namun, petugas medis terus mencari dan akhirnya menemukannya di kampung halamannya di Desa Dawuhan, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Minggu (19/4/2020) siang.

"Alhamdulillah sudah ditemukan dan berjanji akan masuk lagi ke rumah sakit," kata Jumadi, Wakil Wali Kota Tegal, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Minggu (19/4/2020).

Baca juga: Tagih Utang Rp 500.000, Eks Napi Asimilasi Tewas Ditusuk Tetangga

2. Merasa jenuh di ruang isolasi

Ilustrasi penanganan pasien positif Covid-19SHUTTERSTOCK Ilustrasi penanganan pasien positif Covid-19

Jumadi mengatakan, alasan pasien tersebut kabur dari rumah sakit karena merasa jenuh di ruang isolasi.

Bahkan, sebelum kabur, pasien tersebut sempat meminta agar dirawat di ruang berbeda bukan di ruang isolasi Covid-19.

Namun, permintaannya tidak dipenuhi karena prosedur penanganan PDP di ruang isolasi berbeda dengan pasien pada umumnya.

"Yang namanya sakit begini (Covid-19) ada protokolnya. Tidak bisa pasien misalnya memilih minta di ruang VIP sendirian. Ruang isolasi berbeda dengan ruangan sakit biasa," jelasnya.

Baca juga: Mobil Curiannya Mogok, Residivis Ini Akhirnya Tewas Diterjang Timah Panas

 

3. Hasil tes berubah-ubah

Ilustrasi rapid test virus coronaShutterstock Ilustrasi rapid test virus corona

Seorang warga dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) yang sedang diisolasi di RS Pratama Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng, diketahui hasil tes PCR-nya selalu berubah-ubah.

Menurut Sekretaris GTPP Covid-19 Kabupaten Buleleng Gede Suyasa mengatakan, tes telah dilakukan sekitar 10 kali.

Namun, hasilnya terus berubah, yakni dari positif ke negatif, lalu positif lagi.

"Dan ini memang cukup membingungkan karena ada satu pasien yang menghadapi hasil swab berubah-ubah. Dari positif beberapa kali jadi negatif, habis itu positif lagi beberapa kali jadi negatif, dan sekarang kita berharap negatif ternyata positif," kata Suyasa, saat memberikan keterangan pers, Minggu (19/4/2020).

Baca juga: Hasil Tes Pasien PDP Corona Ini Membingungkan, Dites 10 Kali Berubah-ubah Positif Negatif

4. Dua menit jadi PDP, pasien di Malang meninggal

Wali Kota Malang, Sutiaji usai mendatangi proses pemakaman pasien DPD di Kota Malang, Senin (20/4/2020).KOMPAS.COM/ANDI HARTIK Wali Kota Malang, Sutiaji usai mendatangi proses pemakaman pasien DPD di Kota Malang, Senin (20/4/2020).

Setelah dua menit dinyatakan menjadi pasien dalam pengawasan (PDP), seorang warga di Kota Malang meninggal, Senin (20/4/2020).

Menurut Humas Satgas Covid-19 Kota Malang, Husnul Mu'arif mengatakan, pasien itu mengalami gejala sesak nafas yang parah.

Saat masuk ke Rumah Sakit Tentara Soepraoen pada Minggu (19/4/2020) sekitar pukul 22.00 WIB, kondisinya parah dan pasien tidak langsung dibawa ke ruang isolasi.

Saat itu, menurut Husnul, pasien dirawat di IGD terlebih dahulu. Pada Senin (20/4/2020) sekitar pukul 03.00 WIB, pasien itu dinyatakan meninggal dunia.

"Dokternya berpikir untuk menstabilkan kondisi (pasien) yang masih tidak stabil. Saturasinya kemarin baru cuma 85, sehingga itu yang harus dipompa supaya saturasinya minimal harus 98," kata Husnul, usai pemakaman pasien.

Baca juga: Baru 2 Menit Berstatus PDP Corona, Pasien Ini Meninggal

 

5. Mengamuk di ruang isolasi

Suasana Ruang Instalasi Gawat Darurat (IDG) RSUD IA Moeis Jalan HM Rifadin, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (19/3/2020). KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON Suasana Ruang Instalasi Gawat Darurat (IDG) RSUD IA Moeis Jalan HM Rifadin, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (19/3/2020).

N menolak untuk jalani isolasi dan mengamuk di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Inche Abdoel Moeis, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (19/4/2020).

“Iya mengamuk lagi pasien sama. Minta pulang,” ungkap petugas Satgas Covid-19 dari BPBD Samarinda Irfan kepada Kompas.com, Senin (20/4/2020).

N mengaku ingin pulang karena ingin merawat ibunya yang sedang sakit di rumah.

Seperti diketahui, N sebelumnya, juga sempat mengamuk dan memecahkan kaca ruang isolasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS), pada Jumat (11/4/2020).

Baca juga: Di Tengah Wabah Virus Corona, 74 Ekor Ayam Mati Diserang Flu Burung di Bondowoso

(Penulis: Imam Rosidin, Andi Hartik | Editor: Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com