Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risma Minta 224 OTG Corona di Surabaya Tes Swab, karena Berbahaya

Kompas.com - 20/04/2020, 15:45 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan tracing terhadap orang tanpa gejala (OTG) yang dicurigai terpapar Covid-19.

Hingga Senin (20/4/2020), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebutkan, jumlah orang dengan status OTG di Surabaya ada sebanyak 224 orang.

"Ini yang kemarin kenapa saya minta semua yang OTG itu dites swab. Karena OTG ini justru yang berbahaya. Dia carrier pembawa penyakit, tapi tidak merasakan apapun," kata Risma, di Balai Kota Surabaya, Senin (20/4/2020).

Risma mengaku, dirinya telah mengajukan ke Rumah Sakit Universitas Airlangga agar mereka yang berstatus OTG dilakukan tes swab.

Baca juga: Hasil Tes Pasien PDP Corona Ini Membingungkan, Dites 10 Kali Berubah-ubah Positif Negatif

"Saya sudah ngajukan ke Rumah Sakit Universitas Airlangga untuk 224 OTG dites semua, tapi dicicil tesnya," ujar Risma.

Menurut Risma, setelah dilakukan tes swab tetapi hasilnya negatif, mereka akan diisolasi di hotel yang telah disiapkan Pemkot Surabaya.

"Karena meskipun sudah dites hasilnya negatif, dia belum bisa dikatakan negatif (sembuh) atau tidak dari Covid-19. Makanya dia di hotel itu harus 14 hari," kata Risma.

Menurut dia, di hotel yang telah disediakan Pemkot Surabaya, para OTG akan mendapat fasilitas cuci pakaian hingga makan tiga kali sehari.

Upaya itu dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Surabaya.

Hingga Minggu kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 di Surabaya ada sebanyak 299 orang.

Adapun jumlah PDP 745 orang dan ODP 1.892 orang.

Baca juga: Buruh Panggul Pasar Ini Secara Misterius Tertular Virus Corona

Karena itu, Risma ingin agar orang berstatus OTG ini bisa sembuh sehingga tidak ikut menularkan virus kepada masyarakat.

"Yang paling penting dia (OTG) harus bisa keluar dari lingkaran positif. Supaya dia yang OTG ini tidak menjadi PDP atau ODP. Ini tujuannya kenapa, untuk memutus mata rantai," kata Risma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com