Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2020, 20:04 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Pandemi Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) berdampak pada semua lini, termasuk UMKM di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

S&R Production (SRP) merupakan produsen tas di Kapanewon Nanggulan sejak 2002. Perusahaan ini pernah menyuplai salah satu brand nasional. 

Sareh Budiarto, pemilik SRP, mengungkap bagaimana perusahaanya terpaksa banting stir dari bikin tas kini membuatt Alat Pelindung Diri (APD) semasa pandemi. Pasalnya, produksi tas jeblok sejak awal Maret 2020 lalu. 

“Tidak ada kerjaan yang lain. Semua usaha lumpuh, tidak ada kerjaan yang lain,” kata Sareh lewat telepon, Jumat (17/4/2020). 

Baca juga: Musisi Lokal Ngamen via Medsos, Kumpulkan Uang untuk Beli APD

Kini, perusahaan beralih memproduksi masker, face shield (perisai wajah), hingga baju hazarous material (hazmat) lengkap hingga sarung sepatunya.

Mereka membuat untuk semua level lapisan masyarakat. Sementara, mereka belum membuat pakaian khusus tenaga medis di RS karena harga bahannya saja sudah selangit.

Virus SARS CoV-2 merebak. Usaha Sareh telah melihat tanda-tanda bahwa pandemi akan menghajar industri kecil menengah seperti dirinya. Datangnya begitu cepat. Pesanan tas mendadak batal bahkan tidak diambil. Terakhir yang batal itu tanggal 9 Maret 2020. Ia merugi.

Arah bisnis berubah drastis. Semula usahanya bisa memproduksi lebih dari 150 tas tiap minggu, kini nihil. 

Baca juga: Prihatin dengan Petugas Medis, Warga Gunungkidul Sumbang 1.000 APD

Namun, mengingat bagaimana usahanya tetap harus jalan demi menggaji 4 karyawan dan menghidupi puluhan rekanan penjahit di masyarakat. Karenanya, setelah menganggur dua pekan, ia memilih menerima pesanan hazmat, pelindung wajah dan masker. 

“Kita terpaksa ikut (perubahan kebutuhan konsumen). Kalau tidak ikut itu mana bisa kita bertahan. Karyawan kita tidak bekerja,” kata Sareh.

Kini, ia meladeni 200 hazmat dalam sehari. Ia mengaku bisa memroduksi 1.000 masker setiap 2 hari. “Pekerja tahu bahwa semasa wabah semua sulit. Karena kita semua sadar bekerja harus lebih keras,” kata Sareh.

Berbisnis di situasi tidak normal memang sangat sulit. Effortnya jauh lebih besar. Harga bahan baku naik 100-150 persen.  

Baca juga: Pemkab Gunungkidul Gandeng Penjahit Lokal, Siapkan 200 Ribu Masker Kain

Sejauh ini, ia belum melayani untuk dunia medis seperti RS, lantaran bahannya sangat mahal dan sulit dicari di pasaran. Pembeli APD di usahanya adalah mereka para relawan dan mereka yang berniat memberi bantuan atau donasi.  

“Relawan itu di antaranya seperti banyak warga yang turut membantu penyemprotan disinfektan,” kata Sareh. 

 

Dari Batik ke APD

Perusahaan konveksi Kertabumi Batik juga produksi APD. Perusahaan ini bahkan  menyuplai untuk RS dan Puskesmas di Kulon Progo.

Pemilik UMKM Kertabumi Batik, Rifki Ali Hamidi mengungkap, perusahaannya tengah memroduksi sekitar 600 hazmat, 150 gaun medis dan 2.000 face shield. “Sepatu boot juga 50 pasang,” kata Rifki juga lewat sambungan selular. 

Bisnis batik jeblok di tengah Pandemi. Penjualan Kertabumi turun sampai 60 persen. Pekerja menganggur, perajin tak menghasilkan.

Pada masa bersamaan, cerita Rifki, banyak perawat membutuhkan APD. Kebetulan, ia memiliki banyak teman perawat di RS yang menangani kasus Covid.

Ia dan banyak donatur lantas patungan untuk membantu perawat. Mereka mengumpulkan Rp 45 juta untuk disalurkan dalam bentuk APD itu.

Baca juga: Corona, Penjahit Masker Kain Skala Rumahan Kebanjiran Pesanan

 

Rifki mengungkapkan, buruhnya bekerja sukarela selama membuat APD donasi ini. “Kita sudah mulai membagi sejak Senin minggu lalu,” kata Rifki.

Sedangkan untuk mempertahankan iklim produksi, mereka memroduksi masker yang khusus untuk dijual. Defan demikian, mereka berupaya mampu bertahan di situasi sulit ini. 

Pada kesempatan yang berbeda, Pelaksana  Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sri Budi Utami mengungkapkan bahwa APD produksi UMKM kian menunjukkan kemandirian masyarakat yang tidak tergantung pabrikan. 

Persoalannya adalah standar APD. Budi  menyarankan untuk UMKM produsen alat pelindung seperti ini menjalin komunikasi dengan dinas terkait.

Baca juga: Berawal dari Bagi-bagi Masker Gratis, Kelompok Penjahit Difabel Ini Kebanjiran Pesanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com