Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Patung Dewa Raksasa yang Roboh di Tuban, Dibangun Tahun 2016 dengan Anggaran Rp 1,5 M

Kompas.com - 17/04/2020, 07:47 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Patung Kong Co Kwan Sing Tee Koen di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, roboh pada Kamis (16/4/2020) sekitar pukul 10.00 WIB.

Video robohnya patung dewa raksasa setinggi 30 meter di Tuban itu viral di media sosial.

Patung dewa raksasa setinggi 30 meter di Tuban itu baru dibangun pada tahun 2016.

Patung yang diklaim terbesar di Asia Tenggara diresmikan oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan pada tahun 2017.

Pembangunan dewa perang di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban menghabiskan anggaran sekitar Rp 1,5 miliar.

Pacca-roboh, patung dewa perang di Klenteng Kwan Sing Bio hanya menyisakan kerangka beton yang masih berdiri tegak.

Baca juga: Detik-detik Patung Raksasa di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban Roboh

Klenteng ditutup

Petugas melarang wartawan dan polisi masuk setelah patung Dewa Kong Co rontok 

SURYA.co.id/Mochammad Sudarsono Petugas melarang wartawan dan polisi masuk setelah patung Dewa Kong Co rontok
Robohnya patung dewa tersebut tidak menimbulkan korban jiwa karena klenteng tersebut ditutup selama pandemi untuk mencegah penyebaran virus corona.

Saat ini, lokasi masuk klenteng masih ditutup.

Dilansir dari Surya.co.id, pihak kemanan yang berjaga mengatakan penutupan atas perintah atasan.

Tak hanya pengunjung. Bahkan petugas kepolisian pun belum diperkenankan masuk melakukan penyelidikan.

Hak tersebut dibenarkan oleh Kapolsek Tuban, AKB Geng Wahono.

Baca juga: Patung Raksasa di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban Roboh, Tak Ada Korban Jiwa

Menurutnya saat mendengar laporan robohnya patung dewa raksasa, anggotanya segera bergerak ke lokasi.

Namun demikian, petugas tidak diperbolehkan masuk ke area lokasi patung runtuh.

Petugas hanya berada di luar kelenteng, karena pagar masuk masih ditutup berdasarkan perintah pengurus.

"Kita tidak boleh masuk, masih ditutup," ujar Geng.

Kapolsek menambahkan, tidak ada korban jiwa atas peristiwa tersebut, hanya material patung saja yang runtuh.

Baca juga: Kesaksian Warga Saat Patung di Kelenteng Tuban Roboh: Seperti Pesawat Jatuh

"Korban jiwa nihil," ungkap perwira pertama tersebut.

Sementara itu Kapolres Tuban AKBP Ruruh Wicaksono mengatakan polisi masih menyelidiki penyebab runtuhnya patung tersebut.

"Entah itu karena material badan patung yang sudah banyak bercampur dengan air dan terjadi endapan atau apa, sehingga terus rontok, itu yang masih kami dalami," ujar dia.

Baca juga: Patung Dewa Berukuran Raksasa di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban Roboh

Tidak ada tanda apa-apa

Patung Dewa Kwan Kong Saat masih berdiri tegak Surya.co.id Patung Dewa Kwan Kong Saat masih berdiri tegak
Mengutip Surya.co.id, Endang salah satu warga sekitar mengaku mendengar suara yang sangat keras saat patung roboh.

"Ada seperti suara angin, tiba-tiba langsung brughhh, seperti pesawat jatuh," kata Endang (59), warga Kelurahan Latsari, Tuban, saat menceritakan bangunan patung Kong Co roboh.

Sementara saksi lain Jaman (55) menceritakan tidak ada tanda apa-apa dan patung dewa tiba-tiba saja roboh.

Baca juga: Patung hingga Kaca Pos Polisi Dekat Rumah Jabatan Gubernur Bali Dirusak

Ia mengatakan material patung yang roboh tidak sampai menimpa permukiman warga sekitar.

"Patung runtuh di dalam kelenteng saja, tidak sampai menimpa rumah warga," ujar Jaman yang tinggal di belakang kelenteng.

Polisi yang mendatangi lokasi kemudian memagari sekitar patung dengan police line.

SUMBER: KOMPAS.co (Penulis: Hamzah Arfah | Editor: David Oliver Purba), Surya.co.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com