Dari 1.037 nelayan Pandanarang yang terdata, hanya 70 persen yang mampu melaut.
“Cuaca seperti ini hanya kapal di atas 10 GT yang mampu melaut di lepas pantai 7 mil, sedangkan kapal kecil tidak berani sampai sejauh itu. Padahal sekarang sedang musim tangkap ikan layur, kalau di perairan dangkal ya paling dapat ikan bawal dan udang yang harganya sedang anjlok,” terangnya.
Selain itu, para nelayan turut dihadapi kenyataan barang yang jadi modal melaut harga naik.
"Jadi besar pasak daripada tiang," ujarnya.
Di saat kritis seperti saat ini, satu-satunya harapan nelayan Cilacap, kata Tarmuji, hanyalah bantuan dari pemerintah.
Menurut Tarmuji, jaring tangkap nelayan boleh rusak, tapi jaring pengaman sosial pemerintah jangan sampai ikut koyak.
“Semua mengeluh ke saya, jangankan untuk modal melaut, untuk makan sehari-hari saja sudah bingung dari mana uangnya,” keluhnya.
Baca juga: Heboh Nelayan di Maluku Utara Kubur Ikan Tuna 2 Ton Hasil Tangkapan, Ini Penyebabnya
Sejauh ini, kata dia, belum ada realisasi bantuan dari pemerintah kabupaten (pemkab) maupun pemerintah pusat.
Justru TNI AD yang baru-baru ini membagikan sekitar 497 paket beras kepada para nelayan.
“Kalau sudah seperti ini biasanya nelayan pada banting setir jadi pedagang, yang dijual ya perabotan di rumah, buat makan keluarga,” ungkapnya.
Dia berharap, Pemkab Cilacap dapat secepatnya merespon keresahan dari para nelayan.
Bukan hanya sembako untuk kebutuhan hidup sehari-hari, tapi juga permodalan untuk melaut agar perekonomian tetap berjalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.