Pandemi global yang melanda saat ini memanggil anak-anak muda di Kota Medan bergerak bergandengan tangan membantu mereka yang terdampak, khususnya warga dan tenaga medis. Bermunculan komunitas-komunitas seperti Millennial Tanpa Nama, Medan Rangers, Millenial Oligarki, Gerakan Gotong Royong, dan lainnya.
Danny Prima selaku penggagas Millenial Oligarki mengatakan, mereka membentuk wadah untuk berbagi kepada sesama. Visi misinya social justice, social responsiblity, humanisme dan environtmental ethics.
Koordinator Gerakan Bergotong Royong Bobi Septian malah memasang target, komunitasnya harus bisa meringankan beban masyarakat. Mereka sudah membagikan 3.000 hand sanitizer dan 7.000 masker.
"Insya Allah dalam beberapa hari ini kita akan menyiapkan sekitar 20.000 masker, semoga bisa bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Bobi.
Baca juga: Kisah Pengusaha Mesin Laundry Banting Setir Bikin Ventilator demi Perangi Corona
Rico Waas mengapresiasi apa yang dilakukan para anak muda ini sebagai langkah positif. Sebagai motor penggerak perubahan, menurut Rico, anak muda bisa membuat, menyalurkan, dan menyebarkan virus positif dengan cepat.
Melalui media sosial, mereka saling mengajak para followers-nya untuk menyebarkan kegiatan dan menjadi pemicu yang lainnya untuk ikut melakukan hal yang sama.
"Tidak boleh berhenti, ini adalah hal-hal yang selalu dapat membangkitkan moral di antara masyarakat. Menjadi simbol bahwa kita selalu bersama-sama berjuang melewati persoalan,” katanya.
Namun, apa yang dilakukan kaum milenial hanyalah trigger atau pemicu saja, pihak utama untuk melawan wabah adalah pemerintah. Untuk itu, dia mengharapkan pemerintah melakukan hal-hal solutif dan cepat untuk menangani semua hal, terutama dalam pemberian bantuan ke masyarakat yang sedang kesusahan, apakah itu pengangguran, korban PHK, pekerja harian, dan lainnya.
Baca juga: Pengusaha Konveksi di Pamulang Keluhkan Harga Bahan yang Meroket di Tengah Pandemi Covid-19
Pria berkacamata ini ingin budaya saling membantu dan gotong royong menular kepada semua kaum muda sehingga tidak perlu menunggu bantuan dari pemerintah. Selain itu semua pihak juga harus memerhatikan bahwa bantuan yang ada tersalurkan dengan benar.
Menurut Rico, semua pihak layak mendapatkan bantuan, seperti tenaga medis yang wajib mendapatkan APD lengkap. Juga bantuan moril untuk membangkitkan semangat mereka yang menjadi garda terdepan melawan Covid-19.
Untuk para korban dan keluarga, harusnya mendapatkan perhatian khusus dan pendampingan secara moril juga edukasi. Apabila korban positif Covid-19 meninggal dunia, masyarakat diminta memberikan empati agar tidak menolak jenazah seperti yang kerap terjadi saat ini.
"Ini membutuhkan edukasi yang jelas agar tidak terjadi kesimpang-siuran,” tegas Rico.
Khusus kepada pemerintah, dirinya mewanti-wanti supaya dana miliaran yang dianggarkan untuk penanggulangan bencana baiknya dialokasikan lebih besar ke alat-alat medis dan penanganan pasien, sembako untuk masyarakat rentan, serta untuk mempersiapkan tempat-tempat karantina mereka yang suspect Covid-19 apabila rumah sakit sudah penuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.