Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LIPI Kembangkan Masker Berteknologi Nano untuk Cegah Penyebaran Corona

Kompas.com - 15/04/2020, 06:02 WIB
Agie Permadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan masker berteknologi nano yang dapat menyaring virus hingga bakteri di udara.

Masker yang dikembangkan sejak tahun 2017 ini  dibuat dengan menggunakan teknologi khusus sehingga dihasilkan material nanokomposit dalam ukuran nano, bahkan masker ini mampu melemahkan virus.

Di tengah pandemi virus corona saat ini, masker tersebut bisa menjadi salah satu alternatif alat yang dapat mencegah penyebarannya.

Baca juga: Fakta Pria di Bogor Mengamuk Ditegur Pakai Masker, Ajak Berkelahi dan Sebut-sebut Kawan Perwira

Peneliti Nanotekologi LPTB LIPI, Dr Muhamad Nasir mengatakan masker berteknologi nano ini dikembangkan pada tahun 2017 -2019 yang didanai pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang saat itu masih dalam skala Laboratorium atau pengujian.

"Tahun 2017 saat itu ada wabah flu burung (H5N1) melanda, itu kami kembangkan masker nano ini," kata Nasir yang dihubungi Selasa (15/4/2020).

Dikatakan, apabila dibanding dengan masker konvensional yang masih menggunakan bahan mikro, masker berbahan teknologi nano ini memiliki kemampuan lebih baik dalam sirkulasi udara.

"Kemampuannya bagus, setelah diuji partikel dengan teknologi nano sirkulasi udara lebih mudah baik menghirup udara atau pun melepasnya, itu karena 'slip flow' dari bahan nano yang digunakan. Ini juga mampu memfilter udara dari bakteri hingga virus," jelas Nasir.

Baca juga: Kronologi Video Viral Pria Mengamuk dan Ajak Warga Berkelahi karena Tak Terima Ditegur Tidak Pakai Masker, Ngaku Anggota

Hanya saja untuk melemahkan virus ini butuh tambahan komponen lain. Nantinya bakteri atau virus yang tertangkap, tertahan di masker akan dilemahkan dengan bahan-bahan khusus yang ditambahkan itu.

"Kalau untuk mendeaktivasi virus ini butuh tambahan komponen lain. Ini bisa kita tambahkan dengan bahan-bahan khusus di nanomasker tersebut," tuturnya.

Menurutnya, masker berteknologi nano ini bisa digunakan di kondisi pandemi virus corona saat ini, bahkan di kondisi kebakaran hutan, bencana gunung meletus hingga meningkatnya polusi udara,

Nasir menyatakan bahwa masker nano ini sudah laik di produksi secara masal, bahkan banyak di negara maju yang sudah memproduksi masker semacam ini.

Baca juga: Cerita Wali Kota Padang: Ada Warga Diingatkan Pakai Masker Malah Nantang Petugas

Namun sejauh ini, pihaknya hanya dapat memproduksi masker nano itu dalam skala kecil, dimana uji penggunaanya hanya dilingkungan internal saja.

Pasalnya untuk produksi masal ini membutuhkan dana yang tak sedikit, untuk pengembangan laik industri saja membutuhkan dana sekitar Rp 6 miliar - Rp 10 miliar, sedang untuk masuk industri mencapai Rp 30 miliar - Rp 60 miliar.

Saat ini, pihaknya telah mengajukan proposal nanomasker itu ke Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan (Kemekeu) RI.

"Harapannya kalau diterima kita bisa standarisasi produknya laik industri dan tahapan peningkatan lainnya. Jadi memang ada hierarkinya juga untuk masuk produk massal itu," kata nya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com