KOMPAS.com - Warga Sewakul, Ungaran, Jawa Tengah, mengungkapkan kekhawatiran mereka setelah insiden penolakan jenazah perawat positif corona.
Soleh, salah satu warga Sewakul merasa cemas jika kasus tersebut mebuat warga desanya sulit mendapat layanan kesehatan dari para perawat.
"Kami takut bila sakit tidak ada yang mau merawat atau saat berobat ditolak," katanya.
Dirinya juga mengakui, pasca-kejadian tersebut, nama Desa Sewakul menjadi pergunjingan masyarakat.
Baca juga: "Maaf untuk Sementara Kami Tidak Menerima Tamu"
Namun, kecemasan warga Desa Sewakul tersebut dibantah tidak akan terjadi oleh Ketua Ketua DPW Persatuan Perawat Nasinoal Indonesia (PPNI) Jawa Tengah Edy Wuryanto.
Para perawat, menurut Edy, bekerja di bawah sumpah keperawatan, yang dilarang membeda-bedakan pasiennya.
"Sumpah kami jelas, tidak boleh membeda-bedakan," tegasnya.
Dirinya juga mengetahui bahwa tidak semua warga melakukan penolakan. Ada pihak yang memprovokasi dan membuat aksi penolakan.
"Kami tahu, tidak semua masyarakat Sewakul menolak pemakaman tersebut. Itu hanya oknum yang saat ini sudah ditangkap polisi," kata dia.
Pada hari Senin (13/4/2020), lorong masuk TPU Sewakul berjejer sekitar 50 karangan bunga.
Ketua RW 08 Sewakul, Daniel Sugito mengatakan, karangan bunga tersebut mulai ramai dipasang setelah kejadian penolakan pemakaman viral di media.
"Pagi ini saja masih ada karangan bunga yang datang, ada empat ini tadi," jelasnya saat dihubungi.
Daniel yang juga sebagai ketua pengurus TPU Sewakul, membiarkan karangan bunga tersebut dalam waktu dekat ini.
"Dibiarkan saja dulu di situ, biar orang yang lewat bisa membaca semua. Ini juga sebagai pengingat agar kejadian penolakan jenazah tidak terulang," ungkapnya.