Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Siti Hajar Panjat 60 Pohon Pinang Sehari untuk Hidupi Keluarga, Diupah Rp 2.000 Per Pohon

Kompas.com - 14/04/2020, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Meskipun harus bertaruh nyawa di pohon pinang, Siti Hajar (35) memanjat sedikitnya 60 batang pohon pinang setiap hari demi menghidupi keluarganya.

Cuaca di pagi Kamis (6/2/2020) begitu lembut, jurnalis BBC News Indonesia berkendara dari Ibu Kota Juang, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, sejauh 26 kilometer atau sekitar 1 jam, menuju pedalaman Desa Paloh Mampree, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, untuk mencari keberadaan perempuan pemanjat pohon pinang.

"Pagi ini saya sedang kurang sehat, paha saya lecet dan lebam setelah kemarin memanjat pinang," tutur Siti Hajar.

Baca juga: Kisah-kisah Perawat Melawan Aniaya dan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Diancam Pecahan Kaca dan Jenazah Ditolak Warga

Siti Hajar merupakan orang tua tunggal dengan dua orang anak. Pekerjaannya sebagai pemanjat pinang tergolong berbahaya dan mengancam keselamatan. Tinggi pohon pinang yang ia panjat mencapai delapan sampai 12 meter per pohon.

"Selain dua orang anak, ada juga ibu dan abang yang hidup bersama dengan saya. Penghasilan dari memanjat pinang, untuk membeli kopi, beras, ikan, dan untuk jajan sekolah anak," katanya.

Dalam satu hari, Siti, mampu memanjat sebanyak 60 batang pohon pinang dengan honor Rp 2.000 per pohon.

Baca juga: Kisah Nuri Wulandari, Gadis Disabilitas Bikin Masker Gratis untuk Warga

Siti Hajar mendapat Rp 2.000 untuk setiap pohon yang dipanjatnya. BBC Indonesia/Hidayatullah Siti Hajar mendapat Rp 2.000 untuk setiap pohon yang dipanjatnya.
"Biasanya ada orang yang menelepon menyuruh naik pinang, kemudian pinang saya bawa ke pembeli, dari hasil tersebut baru saya mendapatkan upah," jelas Siti.

Pekerjaan berbahaya ini telah ia lakoni sejak ia masih gadis. Ia sempat berhenti setelah menikah dan dikaruniai dua orang putra, sekitar belasan tahun lalu.

Sejak kepergian suaminya delapan tahun lalu, ia harus kembali menyilangkan selembar selendang ke kaki, serta sebilah arit untuk memotong pinang dari batang pohon.

"Kalau bukan musim panen pinang, biasanya saya bekerja di sawah orang, atau bekerja sebagai pemetik kacang di kebun orang," katanya.

Baca juga: Kisah Warga Wonogiri Bantu Perantau di DKI Jakarta: dari Kirim Beras, Ikan Asin, hingga Sambel Pecel

Siti Hajar berkisah rumah yang ditinggalinya dalam satu bulan terakhir merupakan bantuan dari Dana Desa. Ia mengaku mendamba sebuah tempat tidur dan satu televisi yang bisa dinikmati sepulang mencari nafkah.

"Dulu rumah saya dari dinding rotan, beratapkan daun rumbia dan beralas tanah, rumah baru ini baru satu bulan saya nikmati, jika ada bantuan kasur dan televisi saya sangat bersyukur," harap Siti.

"Anak pertama baru - baru ini sudah ada yang membantu menyekolahkan ke pesantren, kalau anak kedua dia mau sekolah dan mengaji di kampung saja," tambah Siti.

Sejauh ini Siti merupakan penerima bantuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) senilai Rp 300.000 - Rp 700.000 per tiga bulan. Selain itu ia juga menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Baca juga: Wabah Virus Corona, Cerita Lumbung Solidaritas dari Banjarsari...

Kemiskinan di Bireuen

Siti Hajar merupakan penerima program bantuan pemerintah. BBC Indonesia/Hidayatullah Siti Hajar merupakan penerima program bantuan pemerintah.
Bedasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, angka kemiskinan Aceh per September 2019 mencapai 810 ribu orang, atau 15,01 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com