Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan Muara Angke Jakarta Nekat Mudik ke Sumedang: Saya Bingung, di Kota Tak Ada Kerjaan, di Kampung Tak Punya Lahan

Kompas.com - 14/04/2020, 06:12 WIB
Aam Aminullah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUMEDANG, KOMPAS.com - Pandemi corona atau Covid-19 memaksa sejumlah orang dengan profesi tertentu harus meninggalkan pekerjaannya. Bahkan memaksa mereka pulang dari perantauannya dan kembali ke kampung halaman.

Situasi sulit seperti ini dirasakan Misran (70).

Ia harus kembali dari perantauan sebagai nelayan di Muara Angke, Jakarta dan terpaksa mudik ke Sumedang.

Kehidupan duda kelahiran Indramayu, 10 Oktober 1950 ini pun semakin sulit karena kini harus menghidupi seorang anaknya yang mengalami gangguan kejiwaan (ODGJ).

Baca juga: ASN Pemkot Bandung yang Nekat Mudik Siap-siap Kena Sanksi

Ia tinggal bersama anaknya yang kini berumur 35 tahun di Dusun Pangaroan RT 03/05, Desa Cipanas, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

"Sejak menikah saya pindah ke Sumedang. Istri sudah meninggal dunia sekitar 3 tahun lalu. Dari muda profesi saya memang nelayan," ujar Misran kepada Kompas.com melalui sambungan telepon milik salah seorang tetangga terdekatnya, Senin (13/4/2020).

Karena itu, kata Misran, sejak virus corona merebak dan memaksanya untuk mudik dari Muara Angke Jakarta ke Sumedang, ia tidak tahu harus bekerja apa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya selama di Sumedang.

Misran menuturkan, ia kembali ke Sumedang sudah sejak dua minggu yang lalu.

Baca juga: Nekat Mudik Saat Corona, 725 Warga Jombang Dikarantina di Gedung SD

Mau kerja apa...

Misran mengaku bingung, karena selain usianya sudah tidak muda lagi, anaknya mengalami gangguan kejiwaan, ia juga tidak punya lahan garapan seperti sawah maupun kebun di Sumedang.

"Pulang enggak bawa apa-apa, cuma bawa ikan 3 Kg, dan ongkos pulang ke Sumedang dari bos saya di Jakarta," tutur Misran.

Awalnya, kata Misran, ia bingung harus bekerja apa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selama di Sumedang.

Selain itu, kata Misran, di Sumedang juga ia belum terdaftar sebagai penerima bantuan apapun dari pemerintah.

"Iya bingung juga, beras habis, mau kerja apa juga bingung kalau di sini. Alhamdulillah, tetangga di sini banyak yang baik. Mereka menyuruh macul (Mencangkul) di sawah. Dapat bayaran bisa buat beli beras, bisa makan, nyambung hidup," sebut Misran menghela napas di ujung telepon.

Baca juga: Sejak Akhir Maret, 7.662 Pemudik Pulang Kampung ke Gunungkidul

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com