"Motif tersangka melakukan pemukulan lantaran emosi selepas diingatkan perawat di klinik tersebut," katanya kepada Tribun Jateng, Minggu.
Baca juga: Fakta Satpam Tampar Perawat karena Tak Terima Diingatkan Pakai Masker, Pelaku Ditangkap
Pasca-penolakan pemakaman jenazah perawat RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jawa Tengah, warga Dusun Sewakul khawatir akan berdampak pada pelayanan kesehatan bagi mereka.
"Kami takut juga bila sakit tidak ada yang mau merawat atau saat berobat ditolak," kata salah satu warga Sewakul bernama Soleh di TPU Siwarak, Sewakul, Minggu (12/4/2020).
Soleh mengatakan, sebenarnya tidak semua menolak pemakaman tersebut.
"Kejadian itu membuat nama Sewakul jadi buruk, padahal yang menolak itu hanya oknum yang mengaku perwakilan warga," ujar Soleh.
Dia meminta kepada seluruh perawat agar tidak menyamakan perilaku warga.
"Kami jujur minta maaf atas kejadian tersebut kepada para perawat di seluruh Indonesia. Jangan semua disamakan, karena penolakan itu dilakukan oleh oknum," ungkapnya.
Baca juga: Warga Sewakul Khawatir Tak Dapat Pelayanan Kesehatan Setelah Insiden Penolakan Pemakaman Perawat
Sebuah video yang memperlihatkan ratusan pengemudi ojek online (ojol) marah dan menghentikan truk berwarna kuning yang membawa paket sembako viral di media sosial.
Peristiwa itu terjadi di Jalan Ir Dr H Soekarno, atau sekitar Galaxy Mall, Surabaya, Jumat (10/4/2020)
Dalam video yang beredar luas di media sosial, tampak perekam mengatakan bahwa para pengemudi ojol berinisiatif mendatangi truk yang semula membagikan paket sembako yang dibubarkan polisi.
"Yang tadinya tertib, karena dihentikan oleh pihak polisi, jadinya kawan-kawan ojol berinisiatif dengan spontan menutup jalan di depan Mall Galaxy," ujar perekam video.
Terkait kejadian itu, Kapolsek Mulyorejo Kompol Eni Priatin membenarkan bahwa pihaknya terpaksa membubarkan aksi tersebut lantaran kondisi yang tidak memungkinkan di tengah wabah pandemi Covid-19.
Eni menyampaikan, sebuah komunitas membagikan 1.000 paket sembako kepada pengemudi ojol. Namun, tidak ada pemberitahuan kepada polisi.
"Tidak ada pemberitahuan kepada kami, termasuk izin. Kemudian datanglah 150 ojek online dan bertambah sangat banyak dalam waktu cepat. Akhirnya terpaksa kami bubarkan sesuai dengan maklumat Kapolri, dan komunitas tersebut juga menyadari," kata Eni, dikutip dari SURYA.co.id, Senin (13/4/2020).
Sumber: KOMPAS.com (Penulis: Dhias Suwandi, Dian Ade Permana, Imam Rosidin, Editor : Candra Setia Budi, David Oliver Purba, Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.