Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Asimilasi Corona karena Tak Punya Rumah dan Keluarga, Napi: Di Rutan Lebih Enak

Kompas.com - 13/04/2020, 18:04 WIB
Zakarias Demon Daton,
Khairina

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Ambo (42), narapidana di Rutan Klas IIA Samarinda, Kalimantan Timur, menolak hak asimilasi program Kemenkuham.

Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang pengeluaran dan pembebasan narapidana dan anak melalui asimilasi dan integrasi.

Ambo bersama tiga rekannya memilih bertahan di rutan karena tak punya rumah dan keluarga.

“Kalau saya keluar, mau ke mana. Mending di sini, sudah banyak teman,” kata Ambo kepada wartawan di Samarinda, Sabtu (11/4/2020) saat ditemui di Rutan Sempaja.

Baca juga: Lapas Tuminting Manado Rusuh, 1 Napi Meninggal karena Syok, Satu Tertembak Peluru Karet

Ambo merupakan napi kasus narkotika. Dia divonis empat tahun enam bulan penjara pada akhir 2017 lalu. Kini dia sudah dijalani masa tahanan dua tahun enam bulan.

Karena sudah menjalani setengah masa tahanan, Ambo termasuk penerima hak asimilasi dan integrasi sesuai SK Kemenkumham RI.

Pria asal Parepare, Sulawesi Selatan ini, datang ke Samarinda niatnya mencari kerja.

Dia berjualan ikan di Pasar Segiri. Namun, karena pergaulan, dia terjerat kasus narkotika. Sejak divonis penjara, istrinya meminta cerai.

“Orangtua sudah meninggal. Istri diambil orang (cerai). Saya bagus di sini saja (Rutan). Banyak teman,” tutur dia.

Ambo punya anak satu tapi tinggal di kampungnya di Parepare, Sulsel. Ambo juga tak bisa pulang ke Parepare karena wabah virus corona.

Setiap harinya, Ambo mengaku punya banyak kegiatan di rutan.

Baca juga: Napi Narkotika di Rutan Makassar yang Berstatus PDP Meninggal

Selain berolahraga dan mengisi kegiatan lainnya, dia juga sering bantu teman-temannya mengangkat titipan makanan dari besukan keluarga.

“Saya bantu teman angkat titipan makanan, nanti saya diberi makanan,” kata dia.

Aktivitas tersebut membuat dirinya betah dan nyaman tinggal di rutan.

“Mending di sini. Nyaman di sini. Sudah betah,” kata dia.

Meski demikian, kadang dia merasa sedih karena tak sekalipun dibesuk teman atau keluarga. Apalagi membawa makanan.

Meski menolak asimilasi, Ambo mengaku tetap akan keluar dari rutan jika sudah selesai menjalani masa tahanan.

Kepala Rutan Klas IIA Samarinda, Taufiq Hidayat mengatakan total napi yang mendapat asimilasi di tengah wabah corona berjumlah 137 orang.

“Tapi empat napi enggak mau keluar karena tidak punya tempat tinggal. Mereka memilih tetap tinggal di dalam (rutan),” ungkap dia saat dihubungi terpisah.

Penerima asimilasi, kata dia, harus punya keluarga jelas, tempat tinggal yang jelas, karena mereka belum bebas. Hanya menjalani masa tahanan di rumah karena Covid-19.

Untuk para napi yang masih menjalani masa tahanan di rutan, pihaknya tetap memberlakukan olahraga rutin hingga memberi asupan makanan sehat agar menghindari penyebaran corona.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com