Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah-kisah Perawat Melawan Aniaya dan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Diancam Pecahan Kaca dan Jenazah Ditolak Warga

Kompas.com - 13/04/2020, 06:05 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Tenaga medis, termasuk perawat, menjadi garda terdepan di tengah pandemi corona.

Bukannya tak merasa cemas, tetapi besarnya rasa tanggung jawab membuat nyali mereka tak gentar.

Para perawat berani menanggung risiko yang mungkin saja bisa menimpa diri mereka di tengah pandemi.

Namun, tidak semua orang menyadari besarnya pengorbanan tersebut.

Ironisnya, stigma hingga tindakan tak menyenangkan masih saja ada. Berikut kisah-kisahnya:

Baca juga: Pita Hitam untuk Perawat Positif Corona di Semarang yang Jenazahnya Ditolak Warga..

1. Di Semarang, jenazah perawat positif corona ditolak warga

Ilustrasi pemakaman. Ilustrasi pemakaman.
Jenazah seorang perawat RSUP Dr Kariadi Semarang yang dinyatakan positif corona ditolak oleh sekelompok warga di Desa Sewakul, Ungaran.

Sewakul, Ungaran, dipilih sebagai lokasi pemakaman lantaran ayah sang perawat juga dimakamkan di tempat tersebut.

"Keluarga meminta dimakamkan di Sewakul Ungaran Timur agar dekat dengan makam ayahnya," kata Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang Alexander Gunawan.

Awalnya tak ada penolakan. Namun, pada hari pemakaman, sekelompok warga tiba-tiba tak menerima jenazah perawat tersebut.

Penolakan berujung dipindahnya makam perawat berusia 38 tahun itu.

Baca juga: Melawan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Perawat di Jateng Kenakan Pita Hitam

"Oleh keluarga kemudian dimakamkan di Bergota makam keluarga RS Kariadi Semarang, karena beliau bertugas di sana," ujar dia.

Buntut penolakan pemakaman, tiga orang tokoh masyarakat di Ungaran ditangkap.

Mereka diduga memprovokasi 10 warga dan memblokade jalan masuk menuju pemakaman.

Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Budi Haryanto menjelaskan, tiga pelaku diduga melanggar Pasal 212 KUHP dan 214 KUHP serta Pasal 14 ayat 1 UU no 4 tahun 1984 tentang penanggulangan wabah.

Menyusul kejadian ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta maaf.

Ia memastikan bahwa jenazah pasien positif yang telah meninggal tak akan menularkan virus.

Dengan mata berkaca-kaca, Ganjar meminta agar masyarakat mengasah kepekaan dan rasa kemanusiaan.

"Para perawat, dokter, dan tenaga medis tidak pernah menolak pasien, kenapa kita tega menolak jenazah mereka?" ungkap Gubernur Ganjar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com