Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Dentuman dan Erupsi Gunung Anak Krakatau, Ini Penjelasan Volkanolog ITB

Kompas.com - 12/04/2020, 17:57 WIB
Reni Susanti,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau kembali erupsi pada Jumat, 10 April 2020 sebanyak dua, pada pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB.

Tipe letusan yang terjadi adalah strombolian dengan tinggi kolom letusan kurang lebih 500 meter.

Banyak yang mengaitkan erupsi tersebut dengan suara dentuman yang terjadi di Jakarta, Bogor, dan Depok pada 11 April dini hari.

“Sampai saat ini belum diketahui secara pasti sumber asal suara dentuman tersebut,” ujar Volkanolog Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman, dalam rilisnya, Minggu (12/4/2020).

Baca juga: Hari Ini, Anak Krakatau Meletus 8 Kali, Tinggi Kolom Abu Vulkanik Capai 2.000 Meter

Namun, menurut dia, suara dentuman bisa terjadi salah satunya karena aktivitas magma dari suatu gunung api, akibat perpindahan magma secara tiba-tiba dari dapur magma ke lokasi yang lebih dangkal.

Kejadian ini mengakibatkan terjadinya kekosongan dan ambruknya dapur magma dalam, sehingga menghasilkan dentuman dan getaran di daerah sekitarnya.

Fenomena yang sering dijuga disebut underground explosion ini bisa dan tidak selalu diikuti oleh suatu erupsi gunung api.

“Namun, hal tersebut masih perlu dikaji terlebih dahulu dengan data kegempaan serta perubahan temperatur dan pelepasan gas dari gunung-gunung di sekitar Jabodetabek dan juga Gunung Anak Krakatau,” imbuh dia.

Hipotesis tersebut didasarkan pada peristiwa serupa yang terjadi di tiga gunung api di tiga negara yaitu, Gunung Api Miyakejima Jepang (tahun 2000), Gunung Piton de La Fournaise Pulau Reunion (tahun 2007), dan gunung di Kepulauan Mayotte Prancis (tahun 2018).

Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB tersebut memastikan, dugaan tersebut masih perlu dikaji dan dibuktikan apakah dentuman keras misterius tersebut berhubungan dengan erupsi Gunung Anak Krakatau Jumat lalu.


Mirzam mengungkapkan, Gunung Anak Krakatau terletak di Selat Sunda, Provinsi Lampung. Tepatnya berada di antara Pulau Panjang, Sertung, dan Pulau Rakata.

Letusan Gunung Anak Krakatau termasuk tipe strombolian dan vulkanian yang memiliki energi letusan tergolong rendah hingga sedang.

Berdasarkan data Volcanic Explosivity Index (VEI), Gunung Anak Krakatau miliki nilai VEI 2-3 artinya tergolong rendah hingga sedang.

Baca juga: Bandar Lampung Dekat dengan Anak Krakatau, Warganya Justru Tak Dengar Dentuman seperti Dihebohkan di Jakarta

Gunung ini, baru muncul ke permukaan tahun 1927.

Anak Krakatau merupakan sisa sejarah panjang letusan Krakatau Purba yang berlangsung sejak abad ke-5, hingga letusan di tahun 1883 yang hanya menyisakan Rakata, Panjang dan Sertung.

Hampir setiap tahun Gunung Anak Krakatau memperlihatkan aktivitas vulkanisme. Pola letusannya pun kini tercatat semakin teratur sejak tahun 2008.

Letusan eksplosif dan efusi tersebut datang silih berganti setiap 2 tahun sekali dan membentuk sebuah pola.

Sampai saat ini, tingkat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih tetap pada Level II (waspada).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com